Sabtu, 13 Juni 2015

Laporan Pratikum Anatomi dan Histologi








LAPORAN PRATIKUM

TATA LAKSANA PEMOTONGAN TERNAK, SISTEM REPRODUKSI, SISTEM DIGESTI, SISTEM RESPIRASI DAN SISTEM INTEGUMENTUM DI RPH DAERAH PEKANBARU




 




Oleh :

Durrahni
11481102646
2B Peternakan


JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2015



KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini yang merupakan salah satu dari tugas mata kuliah Mikrobiologi. Salawat dan salam kepada Rasulullah SAW yang telah megajarkan kita agar selalu menuntut ilmu sampai akhir hayat nanti. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dosen pembimbing yang senantiasa selalu membimbing penulis dalam bidang study.
Makalah ini membahas tentang Mikrobiologi Pangan. Penulis telah berupaya semaksimal mungkin untuk kesempurnaan penulisan makalah ini. Namun tidak tertutup kemungkinan ada kesalahan dan kekurangan yang tidak disengaja dan penulis masih berada pada tahap belajar. Untuk itu penulis dengan rendah hati menerima segala kritikan maupun saran yang  sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah pada waktu berikutnya.

Pekanbaru, 26 Mei 2015


                                                                                                                                   Penulis








DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................................                 i
DAFTAR ISI...................................................................................................................                ii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................               iii
I.... PENDAHULUAN.....................................................................................................                1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................................                1
      1.2. Tujuan dan Manfaat.............................................................................................                3
     
II.. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................                4
III. BAHAN DAN METODE.........................................................................................              12
      3.1. Waktu dan Tempat...............................................................................................              12
      3.2. Bahan dan Alat....................................................................................................              12
      3.3. Metode Praktikum................................................................................................              12
      3.4. Prosedur Praktikum..............................................................................................              14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................              15
      4.1. Hasil.....................................................................................................................              15
      4.2. Pembahasan..........................................................................................................              20
V.. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................              25
      5.1. Kesimpulan...........................................................................................................              25
      5.2. Saran.....................................................................................................................              26
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................              27





DAFTAR GAMBAR



Gambar                                                                                                                              Halaman

1.      Pemotongan Ternak di RPH.......................................................................................              15
2.      Organ Reproduksi Jantan............................................................................................              15
3.   Organ Reproduksi Betina                                                                                                                         16
4.      Sistem Digesti/Pencernaan..........................................................................................              17
5.      Sistem Respirasi/Pernapasan.......................................................................................              18
6.        Sistem Integumentum/Kulit.......................................................................................              19
 





I. PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Peternakan adalah salah satu bidang pertanian yang menghasilkan komoditas daging, susu, telur dan hasil-hasil olahannya serta hasil sisa produksi. Secara umum mekanisme urutan pemotongan ternak ruminansia besar seperti sapi dan kerbau di Indonesia terdiri dari beberapa tahapan, mulai dari tahap pengistirahatan dan pemeriksaan sebelum pemotongan, tahap proses penyembelihan dan tahap penyiapan karkas.
Pemeriksaan terhadap karkas atau daging, dilakukan dalam dua tahap pemeriksaan, yaitu pemeriksaan sebelum ternak dipotong (antemortem) dan pemeriksaan  setelah pemotongan (postmortem).  Pemeriksaan “ante-mortem” adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap hewan ternak sebelum dipotong, sedangkan pemeriksaan “postmoertem” adalah pemeriksaan terhadap  bagian karkas, alat-alat dalam (viscera) dan produk akhir dari ternak yang telah dipotong.
Permasalahan reproduksi dianggap sebagai salah satu aspek untuk meningkatkan produksi dan populasi ternak. Hal ini disebabkan adanya prinsip dimana tidak ada produksi tanpa reproduksi di dalam bidang peternakan terutama ternak potong. Produksi seekor ternak potong berhubungan dengan lahirnya seekor pedet.
Efesiensi reproduksi adalah derajat kemampuan fertilisasi berproduksi pada ternak betina (Hunter, 1995). Efesiensi reproduksi dalam populasi ternak tidak dapat diukur semata- mata oleh proporsi ternak yang tidak mampu memproduksi anak. Fertilisasi sapi betina meningkatakan secara berkasinambungan sampai berumur empat tahun dan konstan sampai umur enam tahun. Akhirnya menurun secara bertahap, bila hewan tersebut menjadi lebih tua (Salisbury and Van Demark, 1961).
Hewan Ruminansia adalah hewan herbivora murni, disebut hewan memamah biak karena memamah atau mengunyah makanan sebanyak dua fase. Pertama saat makanan tersebut masuk ke mulut untuk dikunyah sampai halus dan terus ditelan. Selang beberapa waktu makanan tersebut dikeluarkan kembali ke mulut untuk di kunyah sampai halus. Organ pencernaan pada hewan memah biak mempunyai sistem dengan struktur khusus yang berbeda dengan hewan karnivora dan omnivora.
Alat respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat 02 dapat berdifusi masuk dan sebaliknya C02 dapat berdifusi keluar. Alat respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang satu dengan hewan yang lain, ada yang berupa paru-paru, insang, kulit, trakea dan paru-paru buku, bahkan ada beberapa organisme yang belum mempunyai alat khusus sehingga oksigen berdifusi langsung dari lingkungan ke dalam tubuh, contohnya pada hewan bersel satu, porifera dan coelenterata. Pernafasan mempunyai dua arti yang sangat berbeda pernafasan oksigen (O2) dalam matabolisme karbohidrat dan berbagai molekul organik lainnya dan suatu proses yang melibatkan pertukaran O2 dan CO2 di antara berbagai sel suatu organisme dan lingkungan luar.
Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luas.Sistem ini terdiri atas kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut,  kelenjar (keringat dan sebaseous) dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal atau lingkungan eksternal). Sistem integumen terdiri dari organ terbesar dalam tubuh, kulit. Ini sistem organ yang luar biasa melindungi struktur internal tubuh dari kerusakan, mencegah dehidrasi, lemak toko dan menghasilkan vitamin dan hormon.

Hal ini juga membantu untuk mempertahankan homeostasis dalam tubuh dengan membantu dalam pengaturan suhu tubuh dan keseimbangan air. Sistem integumen adalah garis pertama pertahanan tubuh terhadap bakteri, virus dan mikroba lainnya. Hal ini juga membantu untuk memberikan perlindungan dari radiasi ultraviolet yang berbahaya. Kulit adalah organ sensorik dalam hal ini memiliki reseptor untuk mendeteksi panas dan dingin, sentuhan, tekanan dan nyeri.
1.2.  Tujuan dan Manfaat Praktikum
Praktikum di RPH bertujuan agar mahasiswa mengetahui dan memahami tahapan-tahapan proses pemotongan secara baik dan benar, dan mahasiswa dapat melihat langsung proses pemotongan ternak potong.
Dan tujuan lainnya yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi dan bagian-bagian organ pada ternak dan untuk menjelaskan fungsi bagian masing-masing organ tersebut. Manfaat yang dapat diperoleh praktikan dalam praktikum ini adalah agar dapat mengetahui bagian-bagian organ pada ternak dan mengetahui bagaimana fungsi organnya.



II. TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Pemotongan Ternak di RPH
Ternak sebelum disembelih sebaiknya dipuasakan dahulu selama 12 sampai 24 jam. Ternak diistirahatkan mempunyai maksud agar ternak tidak stres, darah dapat keluar sebanyak mungkin dan cukup tersedia energi agar proses rigormortis berjalan sempurna. Pengistirahatan ternak dapat dilaksanakan dengan pemuasaan atau tanpa pemuasaan. Pengistirahatan dengan pemuasaan mempunyai maksud untuk memperoleh berat tubuh kosong (BTK = bobot tubuh setelah dikurangi isi saluran pencernaan, isi kandung kencing dan isi saluran empedu) dan mempermudah proses penyembelihan bagi ternak agresif dan liar. Pengistirahatan tanpa pemuasaan bermaksud agar ketika disembelih darah dapat keluar sebanyak mungkin dan ternak tidak mengalami stress (Soeparno, 1992).
Pada saat ternak diistirahatkan juga dilaksanakan pemeriksaan sebelum penyembelihan (antemortem), yang meliputi kesehatan ternak, cidera atau tidaknya ternak dan bunting atau tidaknya ternak. Pemeriksaan ante mortem adalah pemeriksaan yang dilakukan sebelum hewan disembelih. Petugas pemeriksaan antemortem adalah dokter hewan. Dokter hewan inilah yang berhak menentukan apakah hewan dapat dipotong atau tidak   (Manual Kesmavet, 1992).





Menurut Soeparno (1994) pada dasarnya ada dua cara atau teknik pemotongan atau penyembelihan ternak, yaitu teknik pemotongan ternak secara langsung dan teknik pemotongan ternak secara tidak langsung. Pemotongan ternak secara langsung, dilakukan setelah ternak diperiksa dan dinyatakan sehat, maka ternak langsung dapat disembelih. Pemotongan ternak secara tidak langsung ialah ternak dipotong setelah dilakukan pemingsanan (stunning) dan ternak telah benar-benar pingsan.
Selama proses penyiapan karkas, ternak yang telah dipotong digantung pada gantungan karkas (hook).  Penggantungan biasanya dilakukan pada bagian “tendo archiles”, yaitu pada sela-sela tulang pada kedua paha belakang. Menurut Natasasmita (1987) Penggantungan pada bagian ini akan menyebabkan daging menjadi lebih empuk pada bagian has dalam (“fillet” atau “tender-loin”).
Menurut Soeparno (1998), ada tiga macam teknik pengulitan yaitu : (1) pengulitan di lantai, (2) pengulitan dengan digantung, dan (3) pengulitan dengan menggunakan mesin. Pengulitan diawali dengan membuat irisan panjang pada kulit sepanjang garis tengah dada dan bagian perut (abdomen). Kemudian irisan dilanjutkan sepanjang permukaan dalam (medial) kaku. Kulit dipidahkan mulai dari ventral ke arah punggung tubuh ternak (Setiyono, 2000).
Menurut Soeparno (1994), setelah pengulitan, rongga dada dibuka dengan gergaji, tepat melalui ventral tenah tulang dada atau sternum. Rongga abdomen dibuka dengan irisan sepanjang ventral tengah, kemudian pemisahan penis atau jaringan ambing dan lemak ruang abdominal yang sudah lepas. Bonggol pelvik dibelah dan pisahkan kedua bagian tulang pelvik. Dibuat irisan sekitar anus dan tutup dengan kantong plastik. Kuliti ekor jika belum dilakukan. Dipisahkan oesophagus dari trakea.
 Dikeluarkan kandung kencing dan uterus jika ada, intestinum dan mesenterium, rumen dan bagian lain dari lambung serta hati. Setelah memotong dia fragma, pisahkan pluck, yaitu jantung paru-paru dan trakhea. Dipisahkan karkas menjadi bagian kiri dan kanan dengan gergaji, tepat melalui garis punggung. Karkas dirapikan dengan memotong bagian-bagian karkas yang dianggap kurang bermanfaat. Karkas ditimbang untuk memperoleh berat segar. Karkas yang telah siap, setelah dicuci dapat dibungkus dengan kain putih untuk merapikan lemak subkutan.
Pemeriksaan daging meliputi : (1) pemeriksaan sebelum ternak dipotong, lazim disebut pemeriksaan antemortem, dan (2) pemeriksaan setelah pemotongan atau yang azim disebut postmortem, yaitu pemeriksaan karkas dam alat-alat dalam (viscera), serta produk akhir (Soeparno, 1994).
2.2.  Sistem Reproduksi
Reproduksi merupakan salah satu kemampuan hewan yang sangat penting. Suatu jenis hewan akan segera punah tanpa kemampuan tersebut. Oleh karena itu, perlu dihasilkan sejumlah besar individu baru yang akan mempertahankan jenis suatu hewan. Proses pembentukan individu baru inilah yang disebut reproduksi (Isnaeni, 2006). Organ kelamin jantan umumnya mempunyai bentuk yang hampir bersamaan, terdiri dari testis yang terletak di dalam skrotum, saluran-saluran organ kelamin, penis dan kelenjar asesoris.
Organ kelamin jantan dibagi menjadi organ kelamin primer berupa testis, dan organ kelamin sekunder berbentuk saluran-saluran yang menghubungkan testis dengan dunia luar yaitu ductus eferens, epididimis, ductus deferens dan penis yang di dalamnya terdapat uretra, dipakai untuk menyalurkan air mani dan cairan asessoris keluar pada waktu ejakulasi (Hardjopranjoto, 1995).
2.3. Sistem Digesti/Pencernaan
Sistem pencernaan merupakan sistem yang memproses mengubah makanan dan menyerap sari makanan yang berupa nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Sistem pencernaan juga akan memecah molekul makanan yang kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan bantuan enzim sehingga mudah dicerna oleh tubuh (Hedisasrawan, 2012).
Vakuola makanan, organel seluler dimana enzim hidrolitik merombak makanan tanpa mencerna sitoplasma sel sendiri adalah kompartemen yang paling sederhana. Protista heterotrofik  mencerna makanannya dalam vakuola makanan, umumnya setelah menelan makanan melalui fasogositis atau pinositis. Vakuola makanan menyatu dengan lisosom, yang merupakan organel yang mengandung enzim hidrolitik. Keadaan ini akan memungkinkan makanan tercampur dengan enzim, sehingga percenaan terjadi secara aman di dalam suatu kompartemen yang terbungkus oleh membran. Mekanisme pencernaan ini disebut pencernaan intraseluler (Campbell, 2004: 28).
Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan, kelenjar-kelenjar yang berhubungan. Susunan saluran pencernaan terdiri atas: rongga mulut, faring (tekak), esophagus (kerongkongan), lambung (ventriculus), usus halus (intestinum minor), usus besar (intestinum mayor), rectum dan anus. Makanan mengalami proses pencernaan sejak makanan berada di dalam mulut hingga proses pengeluaran sisa-sisa makanan hasil pencernaan (Irianto, 2004: 168).



Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari mulut (cavum oris). Di dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakkan serta banyak menghasilkan lender, tetapi tidak menghasilkan air ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang. Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat dibelakang insang dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada umunya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Dari lambung makanan masuk ke usus melalui pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya, usus bermuara di anus. Kelenjar pencernaan pada ikan , meliputi hati dan pankreas (Gunarso, 1979: 318).
Hati merupakan kelenjar yang berukuran besar, berwarna merah kecoklatan, terletak dibagian depan rongga badan dan menglilingi usus, bentuknya tidak tegas, terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang menuju ke arah punggung. Fungsi hati menghasilkan empedu yang di simpan dalam  kantung empedu berbentuk bulat, berwarna kehijauan terletak disebelah kanan hati dan salurannya bermuara pada lambung. Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan disalurkan ke usus bila diperlukan. Pankreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik sehingga sukar dikenali, fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan hormon insulin (Syarifuddin, 2006: 155).




2.4. Sistem Respirasi/Pernafasan
Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Menusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.Sistem (Baharudin Kasim, 1995).
Pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru- paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di dalam rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma. Di dalam tubuh manusia dan hewan, energi kimia dalam makanan dapat digunakan setelah dioksidasi di dalm tubuhnya. Proses menghasilkan energi melalui oksidasi bahan makanan di dalam sel-sel tubuh disebut respirasi sel. Respirasi sel terdiri atas respirasi aerob dan respirasi anaerob. Respirasi aerob adalah proses pembakaran bahan makanan dengan membutuhkan oksigen (O2). Respirasi anaerob adalah suatu proses pembakaran bahan makanan dengan tidak membutuhkan oksigen (O2) (Arif priadi,2000).
Respirasi adalah semua proses kimia maupun fisika dimana organisme melakukan pertukaran udara dengan lingkungannya. Respirasi menyangkut dua proses, yaitu respirasi eksteral dan respirasi internal. Terjadinya pergerakan karbondioksida ke dalam udara alveolar ini disebut respirasi eksternal. Respirasi internal dapat terjadi apabila oksigen berdifusi ke dalam darah. Respirasi eksternal tergantung pada pergerakan udara kedalam paru-paru (Frandson, 1991).



2.5. Sistem Integumentum/Kulit
Sistem integumen merupakan penutup pada luar tubuh. Meliputi kulit, tanduk, kuku, rambut, bulu, cakar, sisik dan lain sebagainya. Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya yang membungkus seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia. Cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi seseorang untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit.
Misalnya menjadi pucat, kekuning-kuningan, kemerah-merahan atau suhu kulit meningkat, memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh atau gangguan kulit karena penyakit tertentu. Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respons terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis, peradaban diperankan oleh papila dermis dan markel renvier, sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik (Abdullah, 2001: 02).
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total berat tubuh sebanyak 7%. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegah terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya agen-agen yang ada di lingkungan seperti bakteri kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit juga akan menahan bila terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan (friction), getaran (vibration) dan mendeteksi perubahan-perubahan fisik di lingkungan luar sehingga memungkinkan seseorang untuk menghindari stimuli-stimuli yang tidak nyaman.

Kulit membangun sebuah barier yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar dan turut berpartisipasi dalam berbagai fungsi tubuh vital. Kuku tumbuh dari akarnya yang terletak di bawah lapisan tipis kulit yang dinamakan kutikula. Pertumbuhan kuku berlansung sepanjang hidup dengan pertumbuhan rata-rata 0,1 mm. Pembaruan total kuku jaringan tangan memerlukan waktu sekitar 170 hari. Sedangkan kaki sekitar 12 – 18 bulan. Pada kulit, terdapat kelenjar kulit. Kelenjar kulit terdapat didalam dermis. Kelenjar terdiri dari tiga jenis yaitu, glandula sudorifera (kelenjar keringat), glandula sebasea (kelenjar minyak), dan kelenjar seruminus (Miauw, 2008:42).
Integumen membentuk lapisan terluar pada tubuh terdiri dari kulit dan beberapa derivat terspesialisasi tertentu yaitu antara lain kuku, rambut dan beberapa jenis kelenjar. Lapisan dermis dibentuk oleh jaringan pengikat kolagen dan jaringan elastis. Sensori aparatus: sentuhan, tekanan, temperatur, nyeri. Terdiri dari dua bagian yaitu pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah. Pars retikulare yaitu banyak mengandung jaringan ikat, folikel rambut, pembuluh darah, saraf, kolagen. Lapisan subkutis yaitu lapisan kulit yang paling dalam. Pembentukan lemak dan penyimpanan lemak (Fatah, 2012: 65).


III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilhgaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 25 April 2015 pukul 22.00 WIB sampai dengan 05.30 WIB dan pada hari Jum’at, tanggal 01 Mei 2015 pukul 22.00 WIB sampai dengan 05:00 WIB  di Rumah Potong Hewan daerah Pekanbaru.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Sapi Potong dan Organ Reproduksi, Pencernaan, Pernafasan yang ada di rumah potong hewan daerah Pekanbaru. Alat yang dipakai pada saat melakukan praktikum adalah nampan sebagai tempat meletakkan sampel organ. Buku, Buku gambar, pena, pensil, penghapus untuk alat menggambar objek yang dipraktikumkan. Jas Lab, Sepatu Bot sebagia Sefety individu.
3.3. Metode Praktikum
3.3.1. Pemotongan Ternak di RPH
Menggiring sapi dari kandang pengistirahatan menuju tempat penyebelihan. Setelah itu di laksanakan pemingsanan ternak dengan cara Stunnding atau penumbangan secara Hidrolik agar siap di Sembelih. Kemudian memulai pemotongan untuk memutuskan saluran pernafasan dan saluran makanan, Melakukan pemotongan kepala dan kaki, pengulitan, eviserasi, prosesing kepala dan jeroan dan pemotongan karkas. Melakukan penanganan limbah yang meliputi penampungan darah, pembuangan isi rumen dan penanganan kulit sapi.


3.3.2. Sistem Reproduksi
Organ reproduksi sapi betina diamati untuk kemudian diketahui fungsi dari masing-masing organ reproduksi sapi betina tersebut. Masing-masing bagian organ reproduksi dibedakan, lalu dilakukan pengenalan langsung pada organ tersebut. Semua hasil pengamatan dicatat pada catatan masing-masing.
3.3.3. Sistem Digesti/Pencernaan
Melihat dan mengamati organ pencernaan pada sapi yang ada di RPH, dimulai dari Eshopagus, Reticulum, Rumen, Omasam, Abomasum, Usus, dan Rectum.  Dan menggambarkan hasil pengamatan.
3.3.4. Sistem Respirasi/Pernafasan
Melihat dan mengamati organ Respirasi/Pernafasan pada sapi yang ada di RPH, dimulai dari Rongga hidung (cavum Nasalis), Pharink (Rongga Tekak), Laring (Pangkal Tenggorokan), Trakea (Batang Tenggorokan), Bronkus (Cabang Batang Tenggorokan), Bronkiolus, Pulmo (Paru-Paru). Dan Menggambarkan Hasil Pengamatan.
3.3.5. Sistem Integumentum/Kulit
Melihat dan mengamati gambar kulit, serta dapat mengetahui lapisan kulit, yaitu Epidermis, Dermis, dan Fatty Tissue. Serta mengetahui bagian-bagian Sweat gland, Nerve, Follicle, dan Oil gland
3.4. Prosedur Pratikum
Di dalam pratikum ini akan di pandu oleh dokter hewan, Karyawan RPH dan  beberapa orang asissten dosen untuk memberikan keterangan mengenai kegiatan Pratikum Anatomi dan Histologi di RPH daerah Pekanbaru. Dan kita langsung dapat melihat proses pemotongan ternak yang dilakukan di RPH serta bisa mengetahui atau mengidentifikasi organ-organ dari ternak yang telah di sembelih, seperti mengetahui Sistem Pencernaan, Sistem Reproduksi, Sistem Respirasi, dan Integumentum/Kulit. Setelah proses melihat dan mengenali langsung pada organ-organ yang diamati, lalu gambarkan lah hasil pengamatannya dan bautlah catatan untuk kebutuhan individu.


 
   
 IV. HASIL  DAN  PEMBAHASAN

4.1. Hasil Praktikum
4.1.1. Pemotongan Ternak di RPH
 











Gambar 1. Pemotongan ternak di RPH

4.1.2. Sistem Reproduksi



Gambarkan lah

 






Gambar 2. Organ Reproduksi Jantan
Keterangan :
1.      Testes                                     6. Urethra                                         11. Prostate
2.      Scrotum                                  7. Sigmold Flexure                          12. Rectum
3.      Epididymis                             8. Bladder                                        13. Cowpere Gland
4.      Penis                                       9. Ampulla                                       14. Retractor Muscle
5.      Vas Deferens                         10. Seminal Vesicles


Gambarkanlah
 










Gambar 3. Organ Reproduksi Betina
Keterangan:
1.      Ovary                                     5. Uterine Horn                                9. Vulva
2.      Oviduct                                  6. Body Of Uterus                           10. Bladder
3.      Fallopian tube                        7. Cervix                                          11. Rectum
4.      Uterine Horn                          8. Vagina                                         12. Anus
4.1.3.      Sistem Digesti/Pencernaan

Gambarkanlah

 
















Gambar 4. Sistem Digesti/Pencernaan
Keterangan:
1.      Esophagus                              5. Abomasum                                   9. Small Intestine
2.      Rumen                                    6. Liver                                            10. Cecum
3.      Reticulum                               7. Pancreas                                       11. Large Intestine
4.      Omasum                                 8. Gall Bladder                                12. Rectum
4.1.4.      Sistem Respirasi/Pernafasan

Gambarkanlah

 















Gambar 5. Sistem Respirasi/Pernafasan
Keterangan :
1.      Larynx                                                       6. Secondary (lobar) Bronchus
2.      First Tracheal ring                                     7. Teniary (segmental bronchi)
3.      Trachea                                                      8. Secondary Bronchus
4.      Carina                                                        9. Mainstem Bronchi
5.      Secondary Bronchi
4.1.5.     

Sistem Integumentum/Kulit






Gambarkanlah

 









Gambar 6. Sistem Integumentum/Kulit

Keterangan:
1.      Epidermis                                                  5. Nerve
2.      Dermis                                                       6. Follicle
3.      Fatty Tissue                                               7. Oil Gland
4.      Sweat Gland
4.2. Pembahasan               
4.2.1. Pemotongan Ternak di RPH
Proses pemotongan pada RPH dengan cara meggiring sapi menuju killing box kemudian petugas akan melakukan pemingsanan dengan Stuunding Compressos atau menggunakan Hidrolik apit untuk menumbangkan ternak pada posisi penyembelihan. Setelah itu, Modin atau juru potong akan memotong pada 4 saluran yaitu arteri karotis, vena jugularis, oeshopagus dan kerongkongan. Pemotongan dilakukan setelah itu dilakukan uji reflek untuk mengetahui ternak sudah mati atau belum. Test reflek pada mata, kaki dan ekor.
Proses selanjutnya adalah pengulitan. Pengulitan dilakukan selama 8 menit 30 detik. Dilanjutkan proses pengeluaran jeroan selama 1 menit 20 detik, kemudian karkas dibelah dua. Saat pengeluaran jeroan dilihat bentukan pada organ-organ vital bagian dalam seperti jantung, hati, paru-paru, ginjal dan lain-lain. Pemeriksaan tersebut untuk mengetahui adanya penyakit pada ternak yang merupakan pemeriksaan antemortem dilakukan oleh dokter hewan.
Pemeriksaan yang dilakukan pada sapi terbagi menjadi 2 yaitu pemeriksaan antemortem dan postmortem. Pemeriksaan antemortem dengan mengamati sifat yang terlihat, selaput lendir, mata, hidung, kulit dan suhu badan. Saat pengamatan di RPH sapi dinyatakan sehat karena tidak ada tanda-tanda penyakit pada ternak. Pemeriksaan post mortem dilakukan dengan pemeriksaan karkas, limfa, kepala dan organ dalam lainya. Karkas yang dihasilkan layak dikonsumsi karena tidak ditemukan penyimpangan seperti bekas memar. Organ dalam juga dalam keadaaan normal.
Pemeriksaan post mortem untuk melindungi konsumen dari penyakit dan mencegah penularan penyakit. Sedangkan pemeriksaan antemortem untuk mengetahui ternak yang cidera sehingga harus dipotong dan melakukan penanganan yang tepat.
Penyakit-penyakit pada ternak yang ditemui dan berbahaya antara lain, contohnya adalah penyakit antrak. Penyakit ini berbahaya karena parasitnya yang tidak mudah mati hingga 25 tahun. Apabila RPH memotong ternak yang terjangkit antrak maka RPH tersebut harus ditutup. Secara umum yang sering ditemui di RPH adalah penyakit cacing hati atau Bruceolisis. Ternak terkena Bruceolisis apabila dipotong maka organ dalam seperti hati tidak boleh dimanfaatkan untuk dimakan.
4.2.2.      Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi ternak jantan terdiri dari organ kelamin primer, sekunder dan assesori. Organ kelamin primer adalah testis yang belokasi di dalam skrotum yang menggantung secara eksternal di daerah inguinal. Organ kelamin sekunder terdiri dari jaringan-jaringan ductus sebagai transportasi spermatozoa dari testis ke bagian luar, dan termasuk didalamnya ductus efferent, epididimis, ductus deferens, penis dan urethra. Sedangkan organ asesori terdiri dari kelenjar prostata, kelenjar vesikularis dan kelenjar bulbourethralis (Cowper’s).
Sedangkan pada sistem organ reproduksi ternak betina, terdiri dari Ovary, Oviduct (Tuba Fallopi/Fallopian Tube), Uterine Horn (Tanduk Rahim), Body of Uterus (Badan Rahim), Cervix (Leher Rahim), Vagina dan Vulva.



4.2.3.      Sistem Digesti/Pencernaan
Makanan dari mulut melewati Eshopagus/kerongkongan kemudian masuk ke dalam perut besar (rumen) dan terjadi proses fermentasi dengan bantuan mikroba. Makanan dicerna hingga menjadi bubur dengan gerakan mengaduk yang dilakukan oleh dinding rumen. Kemudian makanan kembali ke mulut dan dikunyah pada saat sapi sedang santai beristirahat. Setelah dikunyah untuk yang kedua kalinya makanan masuk ke dalam perut jala (retikulum). Di dalam retikulum makanan kembali mengalami proses fermentasi dengan bantuan bakteri anaerob dan protozoa. Di dalam retikulum juga terjadi proses absorpsi dan penahan benda-benda asing yang masuk bersama makanan agar tidak masuk ke dalam omasum. Di dalam omasum atau perut kitab terjadi proses pencernaan makanan dengan bantuan enzim pencernaan.
Dan selanjutnya makanan masuk ke dalam abomasum. Abomasum juga disebut lambung sebenarnya, disini makanan akan dicerna dengan bantuan enzim pencernaan yang dihasilkanoleh abomasum. Sel parietal menghasilkan HCL sedangkan sel mukosa menghasilkan pepsinogen, keduanya akan bereaksi membentuk pepsin. Setelah melewati proses pencernaan makanan di dalam abomasum, selanjutnya makanan bergerak menuju usus halus. Usus halus pada sapi berukuran 40 meter. Di dalam usus halus makanan terjadi proses absorpsi dan fermentasi. Sisa sisa makanan akan dikeluarkan melalui anus.





4.2.4.      Sistem Respirasi/Pernafasan
Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu: Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara dan respirasi dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel tubuh. Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan dengan dua cara pernapasan yaitu yang pertama Respirasi/Pernapasan Dada.
Pernapasan ini di lakukan oleh otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut, dilakukan tulang rusuk terangkat ke atas, kemudian rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil sehingga udara masuk ke dalam badan. Kemudian yang kedua proses  Respirasi / Pernapasan Perut yang dilakukan oleh otot diafragma pada perut mengalami kontraksi, kemudian diafragma datar, kemudian volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dada mengecil sehingga udara masuk ke paru-paru.
4.2.5.      Sistem Integementum/Kulit
A.    Epidermis
Epidermis yang merupakan lapisan terluar terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum germinativum. Stratum korneum tersusun dari sel-sel mati dan selalu mengelupas. Stratum lusidum tersusun atas sel-sel yang tidak berinti dan berfungsi mengganti stratum korneum. Stratum granulosum tersusun atas sel-sel yang berinti dan mengandung pigmen melanin. Stratum germinativum tersusun atas sel-sel yang selalu membentuk sel-sel baru ke arah luar.


·         Stratum korneum, merupakan lapisan zat tanduk, mati dan selalu mengelupas.
·         Stratum lusidium, merupakan lapisan zat tanduk
·         Stratum granulosum, mengandung pigmen
·         Stratum germonativum, selalu membentuk sel-sel baru ke arah luar
B.      Dermis
Lapisan ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung syaraf, kelenjar keringat dan kelenjar minyak. Kelenjar keringat menghasilkan keringat. Banyaknya keringat yang dikeluarkan dapat mencapai 2.000 ml setiap hari, tergantung pada kebutuhan tubuh dan pengaturan suhu. Keringat mengandung air, garam, dan urea. Fungsi lain sebagai alat ekskresi adalah sebgai organ penerima rangsangan, pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran dan bibit penyakit, serta untuk pengaturan suhu tubuh.
C.      Hipodermis
Hipodermis terletak di bawah dermis. Lapisan ini banyak mengandung lemak. Lemak berfungsi sebagai cadangan makanan, pelindung tubuh terhadap benturan, dan menahan panas tubuh.



V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Proses pemotongan hewan dilakukan dengan metode halal yang dimulai dari proses peneyembelihan hingga pemotongan karkas yang membutuhkan waktu total 13 menit 58 detik. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu antemortem dan postmortem berguna untuk perlakuan pada ternak yang dipotong apabila terindikasi penyakit.
Organ reproduksi sapi jantan memiliki ukuran normal kecuali pada penis yang memiliki ukuran di atas normal. Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran masing-masing alat reproduksi ternak jantan adalah umur, berat badan dan bangsa. Bagian-bagian dari alat kelamin jantan dapat dibedakan menjadi testis, epididimis, ductus deferens, urethra, penis dan kelenjar-kelenjar tambahan (kelenjar vesikularis, kelenjar prostata dan kelenjar bulbourethralis).
System pencernaan pada mamalia yaitu makanan di kunyah kemudian masuk ke dalam mulut, kemudian menuju kerongkongan dari kerongkongan makanan menuju lambung, pada lambung proses fermentasi atau pembusukanan makanan dilakukan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Kemudian meuju ke usus dan bermuara pada anus.
Organ saluran respirasi pada Ruminansia yaitu rongga hidung (cavum nasalin), pharink (rongga tekak), larink (pangkal tenggotokan), trakea (batang tenggorokan), bronkus (cabang tenggorokan), bronkiolus dan pulmo (paru-paru).
Bahwa didalam tubuh ternak terdapat berbagai macam sistem yang beragam yang masing-masing mempunyai fungsi, struktur dan tata letak yang berbeda-beda. Termasuk didalamnya sistem integumen, yang sangat berperan dalam melindungi sistem-sistem yang berada didalam tubuh. Karena sistem integumen terletak pada luar tubuh. Selain itu juga masih banyak fungsi dari sistem integumen sendiri, diantaranya yaitu menjaga suhu normal tubuh. Mencegah patogen-patogen masuk kedalam tubuh. Maka bisa disimpulkan bahwa sistem integumen merupakan ketahanan pertama atau awal dari pengaruh buruk keadaan diluar tubuh.
5.2. Saran
Hendaknya dalam praktikum ini mahasiswa mempraktekkannya sendiri seperti menggirng sapi ke Restaining/Killing Box, melihat lebih jelas proses stundding, melakukan pembedahan sendiri pada organ yang akan di amati, sehingga mahasiswa lebih berkesan pengalaman nyata sepulang kegiatan pratikum tersebut.
Dan disaran kan juga untuk melengkapi penyedian alat pratikum, sehinnga proses pelaksanaan pratikum berjalan dengan efisien dan lancar, sehingga tujuan-tujuan dari diadakan pratikum ini sesuai dengan yang diharapkan.




VI. DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2002. Sistem integumen. Surabaya: Reski Pratama.

Amanah. 2015. Sistem Pencernaan pada Hewan Memah biak. http://mudahbiologi.blogspot.com/2015/01/sistem-pencernaan-pada-hewan-memamah.html (11/05/15).

Baim, Ibrahim. 2013. Sistem Integumen. http://ibrahimbaiim.blogspot.com/2013/12/sistem-integumen.html ( 11/05/15).

Campbell, Neil A. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga

Erlin. 2012. Laporan Pratikum ilmu ternak potong.  http://rangkaianhatierlin.blogspot.com/2012/07/laporan-praktikum-ilmu-ternak-potong.html  (11/05/15).

Fatah, Gatot. 2012. Kulit. Jakarta: Breid.

Frandson, R.D. 1986. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi II. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Gunarso, wisnu. 1979. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga.

Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran Ternak. Airlangga University Press. Surabaya.

Irianto, kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Bandung : Yramawidjaya.

Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Manual Kesmavet, 1993. Pedoman Pembinaan Kesmavet. Direktorat Bina Kesehatan Hewan Direktorat Jendral Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Miauw, Cheng. 2008. Zoology. Monako: Kiyo ni Steiy.

Mudhiarti, T.B. dan I. Sendow. 2006. Zoonis yang ditularkan melalui pangan. Journal Agricultural.

Murtidjo. 1993. Ternak Potong di Daerah Tropis. UGM Press. Yogyakarta

Moelyono, H.J. 1996. Struktur dan Development Daging Ternak. Litbang. Yogyakarta
.
Natasasmita, s.  1987.  Evaluasi Daging.  Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Priadi, Arif. 2000. Anatomi dan fisiologi ternak. Yudhistira. Jakarta. 
Schmidt,1997. Animal Physiology Fifth Edition. Cambidge Universiti Press.

Setiyono. 2000. Abatoir dan Tehnik Pemotongan. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke‑1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
               . 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan 2. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
               . 1998. Ilmu dan Teknologi Daging, Cetakan 3, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Syarifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran.

Yusuf, M. 2012. Buku Ajar Ilmu Reproduksi Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.



.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar