LAPORAN PRATIKUM
TATA LAKSANA PEMOTONGAN TERNAK, SISTEM REPRODUKSI, SISTEM DIGESTI,
SISTEM RESPIRASI DAN SISTEM INTEGUMENTUM DI RPH DAERAH PEKANBARU
Oleh :
Durrahni
11481102646
2B Peternakan
JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Makalah ini yang merupakan salah satu dari tugas
mata kuliah Mikrobiologi. Salawat dan salam kepada Rasulullah SAW yang telah
megajarkan kita agar selalu menuntut ilmu sampai akhir hayat nanti. Ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada dosen pembimbing yang senantiasa selalu
membimbing penulis dalam bidang study.
Makalah ini membahas tentang Mikrobiologi Pangan.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin untuk kesempurnaan penulisan makalah
ini. Namun tidak tertutup kemungkinan ada kesalahan dan kekurangan yang tidak
disengaja dan penulis masih berada pada tahap belajar. Untuk itu penulis dengan
rendah hati menerima segala kritikan maupun saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah
pada waktu berikutnya.
Pekanbaru, 26 Mei
2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................... iii
I.... PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2.
Tujuan dan Manfaat............................................................................................. 3
II.. TINJAUAN
PUSTAKA........................................................................................... 4
III. BAHAN
DAN METODE......................................................................................... 12
3.1. Waktu dan Tempat............................................................................................... 12
3.2. Bahan dan Alat.................................................................................................... 12
3.3. Metode Praktikum................................................................................................ 12
3.4. Prosedur Praktikum.............................................................................................. 14
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN................................................................................ 15
4.1. Hasil..................................................................................................................... 15
4.2. Pembahasan.......................................................................................................... 20
V.. KESIMPULAN
DAN SARAN................................................................................ 25
5.1. Kesimpulan........................................................................................................... 25
5.2. Saran..................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 27
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.
Pemotongan
Ternak di RPH....................................................................................... 15
2.
Organ
Reproduksi Jantan............................................................................................ 15
3. Organ
Reproduksi Betina 16
4.
Sistem
Digesti/Pencernaan.......................................................................................... 17
5.
Sistem
Respirasi/Pernapasan....................................................................................... 18
6.
Sistem Integumentum/Kulit.......................................................................................
19
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Peternakan adalah salah satu bidang pertanian
yang menghasilkan komoditas daging, susu, telur dan hasil-hasil olahannya serta
hasil sisa produksi. Secara umum mekanisme urutan pemotongan ternak ruminansia
besar seperti sapi dan kerbau di Indonesia terdiri dari beberapa tahapan, mulai
dari tahap pengistirahatan dan pemeriksaan sebelum pemotongan, tahap proses
penyembelihan dan tahap penyiapan karkas.
Pemeriksaan terhadap karkas atau daging, dilakukan dalam dua tahap
pemeriksaan, yaitu pemeriksaan sebelum ternak dipotong (antemortem) dan
pemeriksaan setelah pemotongan (postmortem). Pemeriksaan
“ante-mortem” adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap hewan ternak sebelum
dipotong, sedangkan pemeriksaan “postmoertem” adalah pemeriksaan terhadap
bagian karkas, alat-alat dalam (viscera) dan produk akhir dari ternak yang
telah dipotong.
Permasalahan reproduksi dianggap sebagai salah satu aspek untuk
meningkatkan produksi dan populasi ternak. Hal ini disebabkan adanya prinsip dimana tidak
ada produksi tanpa reproduksi di dalam bidang peternakan terutama ternak potong.
Produksi seekor ternak potong berhubungan dengan lahirnya seekor pedet.
Efesiensi reproduksi adalah derajat kemampuan fertilisasi berproduksi
pada ternak betina (Hunter, 1995). Efesiensi reproduksi dalam populasi ternak tidak dapat diukur
semata- mata oleh proporsi ternak yang tidak mampu memproduksi anak. Fertilisasi sapi betina
meningkatakan secara berkasinambungan sampai berumur empat tahun dan konstan
sampai umur enam tahun. Akhirnya menurun secara bertahap, bila hewan tersebut
menjadi lebih tua (Salisbury and Van Demark, 1961).
Hewan Ruminansia adalah hewan herbivora murni,
disebut hewan memamah biak karena memamah atau mengunyah makanan sebanyak dua
fase. Pertama saat makanan tersebut masuk ke mulut untuk dikunyah sampai halus
dan terus ditelan. Selang beberapa waktu makanan tersebut dikeluarkan kembali
ke mulut untuk di kunyah sampai halus. Organ pencernaan pada hewan memah biak
mempunyai sistem dengan struktur khusus yang berbeda dengan hewan karnivora dan
omnivora.
Alat respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat 02 dapat
berdifusi masuk dan sebaliknya C02 dapat berdifusi keluar. Alat respirasi pada hewan bervariasi antara
hewan yang satu dengan hewan yang lain, ada yang berupa paru-paru, insang,
kulit, trakea dan paru-paru
buku, bahkan ada beberapa organisme yang belum mempunyai alat khusus sehingga
oksigen berdifusi langsung dari lingkungan ke dalam tubuh, contohnya pada hewan
bersel satu, porifera dan coelenterata. Pernafasan
mempunyai dua arti yang sangat berbeda
pernafasan oksigen (O2) dalam matabolisme karbohidrat dan berbagai
molekul organik lainnya dan suatu proses yang melibatkan pertukaran O2 dan
CO2 di antara berbagai sel suatu organisme dan lingkungan luar.
Sistem integumen
adalah sistem organ yang paling luas.Sistem ini terdiri atas kulit dan
aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar (keringat dan sebaseous)
dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal atau lingkungan
eksternal). Sistem integumen terdiri dari organ terbesar
dalam tubuh, kulit. Ini sistem organ yang luar biasa melindungi struktur
internal tubuh dari kerusakan, mencegah dehidrasi, lemak toko dan menghasilkan
vitamin dan hormon.
Hal ini juga membantu untuk mempertahankan
homeostasis dalam tubuh dengan membantu dalam pengaturan suhu tubuh dan
keseimbangan air. Sistem integumen adalah garis pertama pertahanan tubuh
terhadap bakteri, virus dan mikroba lainnya. Hal ini juga membantu untuk
memberikan perlindungan dari radiasi ultraviolet yang berbahaya. Kulit adalah
organ sensorik dalam hal ini memiliki reseptor untuk mendeteksi panas dan
dingin, sentuhan, tekanan dan nyeri.
1.2. Tujuan
dan Manfaat Praktikum
Praktikum di RPH
bertujuan agar mahasiswa mengetahui dan memahami tahapan-tahapan proses pemotongan
secara baik dan benar, dan mahasiswa dapat melihat langsung proses pemotongan ternak potong.
Dan
tujuan lainnya yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi dan
bagian-bagian organ pada ternak dan untuk menjelaskan fungsi bagian
masing-masing organ tersebut. Manfaat yang dapat diperoleh praktikan dalam
praktikum ini adalah agar dapat mengetahui bagian-bagian organ pada ternak dan mengetahui bagaimana fungsi organnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemotongan Ternak di
RPH
Ternak sebelum
disembelih sebaiknya dipuasakan dahulu selama 12 sampai 24 jam. Ternak
diistirahatkan mempunyai maksud agar ternak tidak stres, darah dapat keluar
sebanyak mungkin dan cukup tersedia energi agar proses rigormortis berjalan
sempurna. Pengistirahatan ternak dapat dilaksanakan dengan pemuasaan atau tanpa
pemuasaan. Pengistirahatan dengan pemuasaan mempunyai maksud untuk memperoleh
berat tubuh kosong (BTK = bobot tubuh setelah dikurangi isi saluran pencernaan,
isi kandung kencing dan isi saluran empedu) dan mempermudah proses
penyembelihan bagi ternak agresif dan liar. Pengistirahatan tanpa pemuasaan
bermaksud agar ketika disembelih darah dapat keluar sebanyak mungkin dan ternak
tidak mengalami stress (Soeparno, 1992).
Pada saat ternak
diistirahatkan juga dilaksanakan pemeriksaan sebelum penyembelihan
(antemortem), yang meliputi kesehatan ternak, cidera atau tidaknya ternak dan
bunting atau tidaknya ternak. Pemeriksaan ante mortem adalah pemeriksaan yang
dilakukan sebelum hewan disembelih. Petugas pemeriksaan antemortem adalah
dokter hewan. Dokter hewan inilah yang berhak menentukan apakah hewan dapat
dipotong atau tidak (Manual Kesmavet, 1992).
Menurut Soeparno
(1994) pada dasarnya ada dua cara atau teknik pemotongan atau penyembelihan
ternak, yaitu teknik pemotongan ternak secara langsung dan teknik pemotongan
ternak secara tidak langsung. Pemotongan ternak secara langsung, dilakukan
setelah ternak diperiksa dan dinyatakan sehat, maka ternak langsung dapat
disembelih. Pemotongan ternak secara tidak langsung ialah ternak dipotong
setelah dilakukan pemingsanan (stunning) dan ternak telah benar-benar
pingsan.
Selama proses
penyiapan karkas, ternak yang telah dipotong digantung pada gantungan karkas (hook).
Penggantungan biasanya dilakukan pada bagian “tendo archiles”, yaitu
pada sela-sela tulang pada kedua paha belakang. Menurut Natasasmita (1987)
Penggantungan pada bagian ini akan menyebabkan daging menjadi lebih empuk pada
bagian has dalam (“fillet” atau “tender-loin”).
Menurut Soeparno
(1998), ada tiga macam teknik pengulitan yaitu : (1) pengulitan di lantai, (2)
pengulitan dengan digantung, dan (3) pengulitan dengan menggunakan mesin.
Pengulitan diawali dengan membuat irisan panjang pada kulit sepanjang garis
tengah dada dan bagian perut (abdomen). Kemudian irisan dilanjutkan
sepanjang permukaan dalam (medial) kaku. Kulit dipidahkan mulai dari
ventral ke arah punggung tubuh ternak (Setiyono, 2000).
Menurut Soeparno
(1994), setelah pengulitan, rongga dada dibuka dengan gergaji, tepat melalui
ventral tenah tulang dada atau sternum. Rongga abdomen dibuka dengan irisan
sepanjang ventral tengah, kemudian pemisahan penis atau jaringan ambing dan
lemak ruang abdominal yang sudah lepas. Bonggol pelvik dibelah dan pisahkan
kedua bagian tulang pelvik. Dibuat irisan sekitar anus dan tutup dengan kantong
plastik. Kuliti ekor jika belum dilakukan. Dipisahkan oesophagus dari trakea.
Dikeluarkan kandung kencing dan uterus jika
ada, intestinum dan mesenterium, rumen dan bagian lain dari lambung serta hati.
Setelah memotong dia fragma, pisahkan pluck, yaitu jantung paru-paru dan
trakhea. Dipisahkan karkas menjadi bagian kiri dan kanan dengan gergaji, tepat
melalui garis punggung. Karkas dirapikan dengan memotong bagian-bagian karkas
yang dianggap kurang bermanfaat. Karkas ditimbang untuk memperoleh berat segar.
Karkas yang telah siap, setelah dicuci dapat dibungkus dengan kain putih untuk
merapikan lemak subkutan.
Pemeriksaan daging meliputi : (1) pemeriksaan
sebelum ternak dipotong, lazim disebut pemeriksaan antemortem, dan (2)
pemeriksaan setelah pemotongan atau yang azim disebut postmortem, yaitu
pemeriksaan karkas dam alat-alat dalam (viscera), serta produk akhir (Soeparno,
1994).
2.2. Sistem
Reproduksi
Reproduksi
merupakan salah satu kemampuan hewan yang sangat penting. Suatu jenis hewan
akan segera punah tanpa kemampuan tersebut. Oleh karena itu, perlu dihasilkan
sejumlah besar individu baru yang akan mempertahankan jenis suatu hewan. Proses
pembentukan individu baru inilah yang disebut reproduksi (Isnaeni, 2006). Organ
kelamin jantan umumnya mempunyai bentuk yang hampir bersamaan, terdiri dari
testis yang terletak di dalam skrotum, saluran-saluran organ kelamin, penis dan
kelenjar asesoris.
Organ kelamin
jantan dibagi menjadi organ kelamin primer berupa testis, dan organ kelamin
sekunder berbentuk saluran-saluran yang menghubungkan testis dengan dunia luar
yaitu ductus eferens, epididimis, ductus deferens dan penis yang
di dalamnya terdapat uretra, dipakai untuk menyalurkan air mani dan cairan
asessoris keluar pada waktu ejakulasi (Hardjopranjoto, 1995).
2.3. Sistem Digesti/Pencernaan
Sistem pencernaan merupakan sistem yang memproses mengubah makanan dan
menyerap sari makanan yang berupa nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Sistem pencernaan juga akan memecah molekul makanan yang kompleks menjadi
molekul yang sederhana dengan bantuan enzim sehingga mudah dicerna oleh tubuh (Hedisasrawan,
2012).
Vakuola makanan, organel seluler dimana enzim hidrolitik merombak makanan
tanpa mencerna sitoplasma sel sendiri adalah kompartemen yang paling sederhana.
Protista heterotrofik mencerna makanannya dalam vakuola makanan, umumnya
setelah menelan makanan melalui fasogositis atau pinositis. Vakuola makanan
menyatu dengan lisosom, yang merupakan organel yang mengandung enzim
hidrolitik. Keadaan ini akan memungkinkan makanan tercampur dengan enzim,
sehingga percenaan terjadi secara aman di dalam suatu kompartemen yang
terbungkus oleh membran. Mekanisme
pencernaan ini disebut pencernaan intraseluler (Campbell, 2004: 28).
Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan, kelenjar-kelenjar yang
berhubungan. Susunan saluran pencernaan terdiri atas: rongga mulut, faring (tekak),
esophagus (kerongkongan), lambung (ventriculus), usus halus (intestinum
minor), usus besar (intestinum mayor), rectum dan anus. Makanan
mengalami proses pencernaan sejak makanan berada di dalam mulut hingga proses
pengeluaran sisa-sisa makanan hasil pencernaan (Irianto, 2004: 168).
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari mulut (cavum oris). Di
dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham
bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakkan serta banyak
menghasilkan lender, tetapi tidak menghasilkan air ludah (enzim). Dari rongga
mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar
insang. Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat dibelakang insang dan bila
tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong
masuk ke lambung, lambung pada umunya membesar, tidak jelas batasnya dengan
usus. Dari lambung makanan masuk ke usus melalui pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya, usus bermuara
di anus. Kelenjar pencernaan pada ikan , meliputi hati dan pankreas (Gunarso,
1979: 318).
Hati merupakan kelenjar yang berukuran besar, berwarna merah kecoklatan,
terletak dibagian depan rongga badan dan menglilingi usus, bentuknya tidak tegas,
terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang menuju ke arah
punggung. Fungsi hati menghasilkan empedu yang di simpan dalam kantung
empedu berbentuk bulat, berwarna kehijauan terletak disebelah kanan hati dan
salurannya bermuara pada lambung. Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan
empedu dan disalurkan ke usus bila diperlukan. Pankreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik
sehingga sukar dikenali, fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim-enzim
pencernaan dan hormon insulin (Syarifuddin, 2006: 155).
2.4. Sistem Respirasi/Pernafasan
Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari
pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam
tubuh. Menusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang
karbondioksida ke lingkungan.Sistem (Baharudin Kasim, 1995).
Pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru-
paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di
dalam rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan
dengan rongga perut oleh diafragma. Di dalam
tubuh manusia dan hewan, energi kimia dalam makanan dapat digunakan setelah
dioksidasi di dalm tubuhnya. Proses menghasilkan energi melalui oksidasi bahan
makanan di dalam sel-sel tubuh disebut respirasi sel. Respirasi sel
terdiri atas respirasi aerob dan respirasi anaerob. Respirasi aerob
adalah proses pembakaran bahan makanan dengan membutuhkan oksigen (O2).
Respirasi anaerob adalah suatu proses pembakaran bahan makanan dengan
tidak membutuhkan oksigen (O2) (Arif priadi,2000).
Respirasi adalah semua proses kimia maupun fisika dimana organisme
melakukan pertukaran udara dengan lingkungannya. Respirasi menyangkut dua
proses, yaitu respirasi eksteral dan respirasi internal. Terjadinya pergerakan
karbondioksida ke dalam udara alveolar ini disebut respirasi eksternal.
Respirasi internal dapat terjadi apabila oksigen berdifusi ke dalam darah.
Respirasi eksternal tergantung pada pergerakan udara kedalam paru-paru
(Frandson, 1991).
2.5. Sistem Integumentum/Kulit
Sistem integumen
merupakan penutup pada luar tubuh. Meliputi kulit, tanduk, kuku, rambut, bulu,
cakar, sisik dan lain sebagainya. Kulit merupakan organ yang paling luas
permukaannya yang membungkus seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai
pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia. Cahaya matahari mengandung sinar
ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga keseimbangan
tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi seseorang untuk
memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit.
Misalnya menjadi
pucat, kekuning-kuningan, kemerah-merahan atau suhu kulit meningkat,
memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh atau gangguan kulit
karena penyakit tertentu. Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis
dan subkutis. Respons terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis,
peradaban diperankan oleh papila dermis dan markel renvier, sedangkan tekanan
diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di
daerah yang erotik (Abdullah, 2001: 02).
Kulit merupakan
organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total berat tubuh
sebanyak 7%. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegah
terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya agen-agen
yang ada di lingkungan seperti bakteri kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit
juga akan menahan bila terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan
(friction), getaran (vibration) dan mendeteksi perubahan-perubahan fisik di
lingkungan luar sehingga memungkinkan seseorang untuk menghindari stimuli-stimuli
yang tidak nyaman.
Kulit membangun
sebuah barier yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar dan
turut berpartisipasi dalam berbagai fungsi tubuh vital. Kuku tumbuh dari
akarnya yang terletak di bawah lapisan tipis kulit yang dinamakan kutikula.
Pertumbuhan kuku berlansung sepanjang hidup dengan pertumbuhan rata-rata 0,1
mm. Pembaruan total kuku jaringan tangan memerlukan waktu sekitar 170 hari.
Sedangkan kaki sekitar 12 – 18 bulan. Pada kulit, terdapat kelenjar kulit.
Kelenjar kulit terdapat didalam dermis. Kelenjar terdiri dari tiga jenis yaitu,
glandula sudorifera (kelenjar
keringat), glandula sebasea (kelenjar
minyak), dan kelenjar seruminus (Miauw, 2008:42).
Integumen
membentuk lapisan terluar pada tubuh terdiri dari kulit dan beberapa derivat
terspesialisasi tertentu yaitu antara lain kuku, rambut dan beberapa jenis
kelenjar. Lapisan dermis dibentuk oleh jaringan pengikat kolagen dan jaringan
elastis. Sensori aparatus: sentuhan, tekanan, temperatur, nyeri. Terdiri dari
dua bagian yaitu pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah. Pars retikulare yaitu banyak mengandung
jaringan ikat, folikel rambut, pembuluh darah, saraf, kolagen. Lapisan subkutis
yaitu lapisan kulit yang paling dalam. Pembentukan lemak dan penyimpanan lemak
(Fatah, 2012: 65).
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu
dan Tempat
Praktikum ini dilhgaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 25 April 2015 pukul 22.00 WIB sampai dengan 05.30 WIB dan pada
hari Jum’at, tanggal 01 Mei 2015 pukul 22.00 WIB sampai dengan 05:00 WIB di Rumah Potong Hewan daerah Pekanbaru.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah Sapi Potong dan Organ Reproduksi, Pencernaan, Pernafasan yang ada di
rumah potong hewan daerah Pekanbaru. Alat yang dipakai pada saat
melakukan praktikum adalah nampan sebagai tempat meletakkan sampel organ. Buku,
Buku gambar, pena, pensil, penghapus untuk alat menggambar objek yang
dipraktikumkan. Jas Lab, Sepatu Bot sebagia Sefety individu.
3.3. Metode
Praktikum
3.3.1. Pemotongan Ternak di RPH
Menggiring sapi dari kandang pengistirahatan menuju
tempat penyebelihan. Setelah itu di laksanakan pemingsanan ternak dengan
cara Stunnding atau penumbangan secara Hidrolik agar siap di Sembelih. Kemudian memulai pemotongan
untuk memutuskan saluran pernafasan dan saluran makanan, Melakukan pemotongan
kepala dan kaki, pengulitan, eviserasi, prosesing kepala dan jeroan dan
pemotongan karkas. Melakukan penanganan limbah yang meliputi penampungan darah, pembuangan isi
rumen dan penanganan kulit sapi.
3.3.2. Sistem Reproduksi
Organ reproduksi sapi betina diamati untuk kemudian diketahui fungsi dari
masing-masing organ reproduksi sapi betina tersebut. Masing-masing
bagian organ reproduksi dibedakan, lalu dilakukan pengenalan langsung pada
organ tersebut. Semua hasil pengamatan dicatat pada catatan masing-masing.
3.3.3. Sistem Digesti/Pencernaan
Melihat dan
mengamati organ pencernaan pada sapi yang ada di RPH, dimulai dari Eshopagus,
Reticulum, Rumen, Omasam, Abomasum, Usus, dan Rectum. Dan menggambarkan hasil pengamatan.
3.3.4. Sistem Respirasi/Pernafasan
Melihat dan mengamati organ Respirasi/Pernafasan pada sapi yang ada di
RPH, dimulai dari Rongga hidung
(cavum Nasalis), Pharink (Rongga Tekak), Laring (Pangkal Tenggorokan), Trakea (Batang Tenggorokan), Bronkus (Cabang Batang Tenggorokan), Bronkiolus, Pulmo (Paru-Paru). Dan Menggambarkan Hasil
Pengamatan.
3.3.5. Sistem Integumentum/Kulit
Melihat dan mengamati gambar kulit, serta dapat
mengetahui lapisan kulit, yaitu Epidermis, Dermis, dan Fatty Tissue. Serta
mengetahui bagian-bagian Sweat gland, Nerve, Follicle, dan Oil gland
3.4. Prosedur Pratikum
Di
dalam pratikum ini akan di pandu oleh dokter hewan, Karyawan RPH dan beberapa orang asissten dosen untuk memberikan
keterangan mengenai kegiatan Pratikum Anatomi dan Histologi di RPH daerah
Pekanbaru. Dan kita langsung dapat melihat proses pemotongan ternak yang
dilakukan di RPH serta bisa mengetahui atau mengidentifikasi organ-organ dari
ternak yang telah di sembelih, seperti mengetahui Sistem Pencernaan, Sistem
Reproduksi, Sistem Respirasi, dan Integumentum/Kulit. Setelah proses melihat
dan mengenali langsung pada organ-organ yang diamati, lalu gambarkan lah hasil
pengamatannya dan bautlah catatan untuk kebutuhan individu.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum
4.1.1. Pemotongan Ternak di RPH
|
Gambar 1. Pemotongan ternak di RPH
|
Gambarkan lah
|
Gambar 2. Organ Reproduksi Jantan
Keterangan :
1.
Testes 6.
Urethra 11.
Prostate
2.
Scrotum 7.
Sigmold Flexure 12.
Rectum
3.
Epididymis 8.
Bladder 13.
Cowpere Gland
4.
Penis 9.
Ampulla 14.
Retractor Muscle
5.
Vas Deferens 10.
Seminal Vesicles
|
Gambarkanlah
|
Gambar 3. Organ Reproduksi Betina
Keterangan:
1.
Ovary 5.
Uterine Horn 9.
Vulva
2.
Oviduct 6.
Body Of Uterus 10.
Bladder
3.
Fallopian tube 7.
Cervix 11.
Rectum
4.
Uterine Horn 8.
Vagina 12.
Anus
4.1.3. Sistem Digesti/Pencernaan
|
Gambarkanlah
|
Gambar 4. Sistem
Digesti/Pencernaan
Keterangan:
1.
Esophagus 5.
Abomasum 9.
Small Intestine
2.
Rumen 6.
Liver 10.
Cecum
3.
Reticulum 7.
Pancreas 11.
Large Intestine
4.
Omasum 8.
Gall Bladder 12.
Rectum
4.1.4.
Sistem Respirasi/Pernafasan
|
Gambarkanlah
|
Gambar 5. Sistem
Respirasi/Pernafasan
Keterangan :
1. Larynx 6.
Secondary (lobar) Bronchus
2. First Tracheal ring 7. Teniary (segmental bronchi)
3. Trachea 8.
Secondary Bronchus
4. Carina 9.
Mainstem Bronchi
5. Secondary Bronchi
4.1.5.
|
Gambarkanlah
|
Gambar 6. Sistem
Integumentum/Kulit
Keterangan:
1. Epidermis 5.
Nerve
2. Dermis 6.
Follicle
3. Fatty Tissue 7. Oil Gland
4. Sweat Gland
4.2.
Pembahasan
4.2.1. Pemotongan Ternak di RPH
Proses pemotongan pada RPH dengan cara
meggiring sapi menuju killing box kemudian petugas akan melakukan
pemingsanan dengan Stuunding Compressos atau menggunakan Hidrolik apit untuk
menumbangkan ternak pada posisi penyembelihan. Setelah itu, Modin atau juru
potong akan memotong pada 4 saluran
yaitu arteri karotis, vena jugularis, oeshopagus dan kerongkongan. Pemotongan
dilakukan setelah itu dilakukan uji reflek untuk mengetahui ternak sudah mati
atau belum. Test reflek pada mata, kaki dan ekor.
Proses selanjutnya adalah pengulitan.
Pengulitan dilakukan selama 8 menit 30 detik. Dilanjutkan proses pengeluaran
jeroan selama 1 menit 20 detik, kemudian karkas dibelah dua. Saat pengeluaran
jeroan dilihat bentukan pada organ-organ vital bagian dalam seperti jantung,
hati, paru-paru, ginjal dan lain-lain. Pemeriksaan tersebut untuk mengetahui
adanya penyakit pada ternak yang merupakan pemeriksaan antemortem dilakukan
oleh dokter hewan.
Pemeriksaan yang dilakukan pada sapi terbagi
menjadi 2 yaitu pemeriksaan antemortem dan postmortem. Pemeriksaan antemortem
dengan mengamati sifat yang terlihat, selaput lendir, mata, hidung, kulit dan
suhu badan. Saat pengamatan di RPH sapi dinyatakan sehat karena tidak ada tanda-tanda
penyakit pada ternak. Pemeriksaan post mortem dilakukan dengan pemeriksaan
karkas, limfa, kepala dan organ dalam lainya. Karkas yang dihasilkan layak dikonsumsi karena tidak ditemukan
penyimpangan seperti bekas memar. Organ dalam juga dalam keadaaan normal.
Pemeriksaan post
mortem untuk melindungi konsumen dari penyakit dan mencegah penularan penyakit.
Sedangkan pemeriksaan antemortem untuk mengetahui ternak yang cidera sehingga
harus dipotong dan melakukan penanganan yang tepat.
Penyakit-penyakit pada ternak yang ditemui dan berbahaya antara lain, contohnya adalah penyakit antrak. Penyakit ini
berbahaya karena parasitnya yang tidak mudah mati hingga 25 tahun. Apabila RPH
memotong ternak yang terjangkit
antrak maka RPH tersebut harus ditutup. Secara umum yang sering ditemui di RPH
adalah penyakit cacing hati atau Bruceolisis.
Ternak terkena Bruceolisis apabila dipotong
maka organ dalam seperti hati tidak boleh dimanfaatkan untuk dimakan.
4.2.2.
Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi ternak
jantan terdiri dari organ kelamin primer, sekunder dan assesori. Organ kelamin
primer adalah testis yang belokasi di dalam skrotum yang menggantung secara
eksternal di daerah inguinal. Organ kelamin sekunder terdiri dari
jaringan-jaringan ductus sebagai transportasi spermatozoa dari testis ke
bagian luar, dan termasuk didalamnya ductus efferent, epididimis, ductus
deferens, penis dan urethra. Sedangkan organ asesori terdiri dari
kelenjar prostata, kelenjar vesikularis dan kelenjar bulbourethralis
(Cowper’s).
Sedangkan pada sistem
organ reproduksi ternak betina, terdiri dari Ovary, Oviduct (Tuba
Fallopi/Fallopian Tube), Uterine Horn (Tanduk Rahim), Body of Uterus (Badan
Rahim), Cervix (Leher Rahim), Vagina dan Vulva.
4.2.3.
Sistem Digesti/Pencernaan
Makanan dari mulut melewati Eshopagus/kerongkongan kemudian masuk ke
dalam perut besar (rumen) dan terjadi proses fermentasi dengan bantuan
mikroba. Makanan dicerna hingga menjadi bubur dengan gerakan mengaduk yang
dilakukan oleh dinding rumen. Kemudian makanan kembali ke mulut dan dikunyah
pada saat sapi sedang santai beristirahat. Setelah dikunyah untuk yang kedua
kalinya makanan masuk ke dalam perut jala (retikulum). Di dalam
retikulum makanan kembali mengalami proses fermentasi dengan bantuan bakteri
anaerob dan protozoa. Di dalam retikulum juga terjadi proses absorpsi dan
penahan benda-benda asing yang masuk bersama makanan agar tidak masuk ke dalam
omasum. Di dalam omasum atau perut kitab terjadi proses pencernaan
makanan dengan bantuan enzim pencernaan.
Dan selanjutnya
makanan masuk ke dalam abomasum. Abomasum juga disebut lambung
sebenarnya, disini makanan akan dicerna dengan bantuan enzim pencernaan yang
dihasilkanoleh abomasum. Sel parietal menghasilkan HCL sedangkan sel mukosa
menghasilkan pepsinogen, keduanya akan bereaksi membentuk pepsin. Setelah
melewati proses pencernaan makanan di dalam abomasum, selanjutnya makanan
bergerak menuju usus halus. Usus halus pada sapi berukuran 40 meter. Di
dalam usus halus makanan terjadi proses absorpsi dan fermentasi. Sisa sisa
makanan akan dikeluarkan melalui anus.
4.2.4.
Sistem Respirasi/Pernafasan
Respirasi dapat dibedakan
atas dua jenis, yaitu: Respirasi Luar yang merupakan
pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara dan respirasi dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari
aliran darah ke sel-sel tubuh. Dalam
mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan dengan dua
cara pernapasan yaitu yang pertama Respirasi/Pernapasan Dada.
Pernapasan ini di
lakukan oleh otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut, dilakukan tulang rusuk terangkat ke atas, kemudian rongga dada membesar yang
mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil sehingga udara masuk ke dalam
badan. Kemudian yang kedua proses Respirasi / Pernapasan Perut yang dilakukan
oleh otot diafragma pada perut mengalami
kontraksi, kemudian diafragma
datar, kemudian volume rongga dada menjadi besar yang
mengakibatkan tekanan udara pada dada mengecil sehingga udara masuk ke
paru-paru.
4.2.5.
Sistem Integementum/Kulit
A.
Epidermis
Epidermis yang merupakan lapisan terluar terdiri atas stratum
korneum, stratum lusidum, stratum
granulosum dan stratum germinativum. Stratum korneum tersusun dari
sel-sel mati dan selalu mengelupas. Stratum
lusidum tersusun atas sel-sel yang tidak berinti dan berfungsi mengganti
stratum korneum. Stratum granulosum
tersusun atas sel-sel yang berinti dan mengandung pigmen melanin. Stratum germinativum tersusun atas sel-sel
yang selalu membentuk sel-sel baru ke arah luar.
·
Stratum korneum, merupakan lapisan zat
tanduk, mati dan selalu mengelupas.
·
Stratum
lusidium, merupakan
lapisan zat tanduk
·
Stratum granulosum, mengandung pigmen
·
Stratum germonativum, selalu membentuk
sel-sel baru ke arah luar
B.
Dermis
Lapisan
ini mengandung pembuluh darah,
akar rambut, ujung syaraf,
kelenjar keringat dan kelenjar minyak. Kelenjar
keringat menghasilkan keringat. Banyaknya
keringat yang dikeluarkan dapat mencapai 2.000 ml setiap hari, tergantung pada kebutuhan tubuh dan
pengaturan suhu. Keringat mengandung
air, garam, dan urea. Fungsi lain sebagai alat ekskresi adalah sebgai organ
penerima rangsangan, pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran dan bibit
penyakit, serta untuk pengaturan suhu tubuh.
C.
Hipodermis
Hipodermis
terletak di bawah dermis. Lapisan ini banyak mengandung lemak. Lemak berfungsi
sebagai cadangan makanan, pelindung tubuh terhadap benturan, dan menahan panas
tubuh.
V. KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1.
Kesimpulan
Proses pemotongan hewan dilakukan dengan metode halal yang dimulai dari
proses peneyembelihan hingga pemotongan karkas yang membutuhkan waktu total 13
menit 58 detik. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu antemortem dan postmortem
berguna untuk perlakuan pada ternak yang dipotong apabila terindikasi penyakit.
Organ reproduksi sapi jantan memiliki ukuran normal
kecuali pada penis yang memiliki ukuran di atas normal. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ukuran masing-masing alat reproduksi ternak jantan adalah umur,
berat badan dan bangsa. Bagian-bagian dari alat kelamin jantan dapat dibedakan
menjadi testis, epididimis, ductus deferens, urethra, penis dan
kelenjar-kelenjar tambahan (kelenjar vesikularis, kelenjar prostata
dan kelenjar bulbourethralis).
System pencernaan pada mamalia yaitu makanan di kunyah
kemudian masuk ke dalam mulut, kemudian menuju kerongkongan dari kerongkongan
makanan menuju lambung, pada lambung proses fermentasi atau pembusukanan
makanan dilakukan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung
bakteri. Kemudian meuju ke usus dan bermuara pada anus.
Organ saluran
respirasi pada Ruminansia yaitu rongga hidung
(cavum nasalin), pharink (rongga tekak), larink (pangkal tenggotokan), trakea
(batang tenggorokan), bronkus (cabang tenggorokan), bronkiolus dan pulmo
(paru-paru).
Bahwa didalam tubuh ternak terdapat berbagai macam sistem yang beragam
yang masing-masing mempunyai fungsi, struktur dan tata letak yang berbeda-beda.
Termasuk didalamnya sistem integumen, yang sangat berperan dalam melindungi
sistem-sistem yang berada didalam tubuh. Karena sistem integumen terletak pada
luar tubuh. Selain itu juga masih banyak fungsi dari sistem integumen sendiri,
diantaranya yaitu menjaga suhu normal tubuh. Mencegah patogen-patogen masuk
kedalam tubuh. Maka bisa disimpulkan bahwa sistem integumen merupakan ketahanan
pertama atau awal dari pengaruh buruk keadaan diluar tubuh.
5.2. Saran
Hendaknya dalam
praktikum ini mahasiswa mempraktekkannya sendiri seperti menggirng sapi ke Restaining/Killing
Box, melihat lebih jelas proses stundding, melakukan pembedahan sendiri pada
organ yang akan di amati, sehingga mahasiswa lebih berkesan pengalaman nyata
sepulang kegiatan pratikum tersebut.
Dan disaran kan juga untuk melengkapi penyedian alat pratikum, sehinnga
proses pelaksanaan pratikum berjalan dengan efisien dan lancar, sehingga
tujuan-tujuan dari diadakan pratikum ini sesuai dengan yang diharapkan.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2002. Sistem integumen. Surabaya: Reski
Pratama.
Amanah. 2015. Sistem Pencernaan
pada Hewan Memah biak. http://mudahbiologi.blogspot.com/2015/01/sistem-pencernaan-pada-hewan-memamah.html
(11/05/15).
Baim, Ibrahim. 2013. Sistem
Integumen. http://ibrahimbaiim.blogspot.com/2013/12/sistem-integumen.html
( 11/05/15).
Campbell,
Neil A. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga
Erlin. 2012. Laporan Pratikum
ilmu ternak potong. http://rangkaianhatierlin.blogspot.com/2012/07/laporan-praktikum-ilmu-ternak-potong.html (11/05/15).
Fatah, Gatot. 2012. Kulit. Jakarta: Breid.
Frandson, R.D. 1986. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi II.
Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Gunarso,
wisnu. 1979. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga.
Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran Ternak. Airlangga
University Press. Surabaya.
Irianto,
kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Bandung : Yramawidjaya.
Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Manual Kesmavet, 1993. Pedoman Pembinaan Kesmavet. Direktorat
Bina Kesehatan Hewan Direktorat Jendral Peternakan, Departemen Pertanian,
Jakarta.
Miauw, Cheng. 2008. Zoology. Monako: Kiyo ni Steiy.
Mudhiarti, T.B. dan I. Sendow.
2006. Zoonis yang ditularkan melalui
pangan. Journal Agricultural.
Murtidjo.
1993. Ternak Potong di Daerah Tropis. UGM Press. Yogyakarta
Moelyono, H.J. 1996. Struktur dan Development Daging Ternak.
Litbang. Yogyakarta
.
Natasasmita, s.
1987. Evaluasi Daging.
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Priadi, Arif. 2000. Anatomi
dan fisiologi ternak. Yudhistira. Jakarta.
Schmidt,1997. Animal Physiology Fifth Edition.
Cambidge Universiti Press.
Setiyono. 2000. Abatoir dan Tehnik Pemotongan. Fakultas
Peternakan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke‑1.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
. 1994. Ilmu
dan Teknologi Daging. Cetakan 2. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
. 1998. Ilmu
dan Teknologi Daging, Cetakan 3, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Syarifuddin. 2006. Anatomi
Fisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran.
Yusuf, M. 2012. Buku Ajar Ilmu Reproduksi Ternak.
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar