Sabtu, 13 Juni 2015

Natrium/Sodium (Na)



NATRIUM / SODIUM (Na)

A.  Pengertian
Natrium (sodium) adalah kation utama dalam cairan ekstraselular. 30-40%  natrium ada di dalam kerangka tubuh. Di dalam tubuh, Na terdapat di dalam sel (intraseluler) dan terutama terdapat dalam cairan di luar sel (cairan extraseluler). Antara lain cairan saluran cerna, seperti cairan empedu dan pankreas, mengandung banyak natrium.
Di dalam produk pangan atau di dalam tubuh, natrium biasanya berada dalam bentuk garam seperti natrium klorida (NaCl). Di dalam molekul ini, natrium berada dalam bentuk ion sebagai Na. Diperkirakan hampir 100 gram dari ion natrium (Na ) atau ekivalen dengan 250 gr NaCl terkandung di dalam tubuh manusia. Garam natrium merupakan garam yang dapat secara cepat diserap oleh tubuh dengan minimum kebutuhan untuk orang dewasa berkisar antara 1.3-1.6 gr/hari (ekivalen dengan 3.3-4.0 gr NaCl/hari). Setiap kelebihan natrium yang terjadi di dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui urin & keringat.
Hampir semua natrium yang terdapat di dalam tubuh akan tersimpan di dalam soft body tissue dan cairan tubuh. Ion natrium (Na ) merupakan kation utama di dalam cairan ekstrasellular (ECF) dengan konsentrasi berkisar antara 135-145 mmol/L. Ion natrium juga akan berada pada cairan intrasellular (ICF) namun dengan konsentrasi yang lebih kecil yaitu ± 3 mmol/L.
Sebagai kation utama dalam cairan ekstrasellular, natrium akan berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan di dalam tubuh, menjaga aktivitas saraf , kontraksi otot dan juga akan berperan dalam proses absorpsi glukosa. Pada keadaan normal, natrium (Na ) bersama dengan pasangan (terutama klorida, Cl ) akan memberikan kontribusi lebih dari 90% terhadap efektif osmolalitas di dalam cairan ekstrasellular.

B.  Absorbsi dan Metabolisme Natrium
Hampir seluruh natrium yang dikonsumsi (3-7 gram sehari) diabsorbsi, terutama di dalam usus halus. Natrium diabsorbsi secara pasif (membutuhkan energi). Natrium yang diabsorbsi dibawa oleh aliran darah keginjal. Disini natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan natrium yang jumlahnya mecapai 90-99% dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran natrium ini diatur oleh hormon aldosteron, yang dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar natrium darah menurun. Aldosteron merangsang ginjal untuk mengabsorbsi kembali natrium. Dalam keadaan normal, natrium yang dikeluaran melalui urin sejajar dengan jumlah natrium yang dikonsumsi.
Dalam tubuh kita terdapat sistem otonom untuk mengatur keseimbangan kadar natrium di dalam darah. Jika kadar natrium terlalu rendah, sensor dalam pembulih darah dan ginjal akan mengetahui bila volume darah menurun. Kelenjar adrenal akan mengeluarkan hormone aldosteron, sehingga ginjal menahan natrium. Kelenjar hipofisa mengeluarkan hormon antidiuretik, sehingga ginjal menahan air. Jika kadar natrium terlalu tinggi, otak akan mengirimkan sinyal rasa haus, sensor dalam pembuluh darah dan ginjal akan tahu sehingga ginjal dirangsang untuk mengeluarkan lebih banyak natrium dan air kencing, sehingga mengurangi volume darah. Jika kadar natrium terlalu rendah, sensor dalam pembuluh darah dan ginjal akan mengetahui bila volume darah menurun dan memacu reaksi rantai yang berusaha untuk meningkatkan volume cairan dalam darha. Kelenjar adrenal akan mengeluarkan hormon aldesteron, sehingga ginjal menahan natrium. Sementara itu, kelenjar hipofisa mengeluarkan hormon antidiuretik, sehingga ginjal menahan air.
Penahanan Natrium dan air menyebabkan kurangnya pengeluaran air kencing, yang pada akhirnya akan meningkatkan Volume darah dan tekanan darah kembali ke normal. Sensitivitas seseorang terhadap kadar natrium dalam darah berbeda-beda. Umumnya, semakin bertambah usia seseorang, semakin bertambah tingkat sensitivitasnya.
Sebagian besar natrium diserap oleh usus halus dan hanya sedikit yang diserap oleh lambung. Dari usus, natrium dialirkan oleh darah ke hati, kemudian ke ginjal untuk disaring dan dikembalikan ke darah dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Regulasi metabolisme natrium oleh ginjal dikontrol oleh aldesteron, yaitu hormon yang disekresikan oleh kelenjar adrenal. Apabila konsumsi natrium rendah atau kebutuhan tubuh meningkat dan ginjal lebih banyak mentyerap kembali (reabsorsi) natrium. Hal sebaliknya terjadi jika konsumsi natrium berlebihan.

À      Mekanisme metabolisme natrium
Secara fisiologik metabolism natrium dan air berhubungan dekat. Kandungan natrium tubuh tergantung pada keseimbangan antara asupan (intake) natrium dari makanan dan ekskresi oleh ginjal. Pada keadaan sehat, kehilangan natrium melalui selain ginjal (eksternal) dapat diabaikan. Ekskresi natrium melalui ginjal diatur sama dengan asupan dari makanan. Dalam waktu 2 sampai 4 hari sesudah asupan natrium dihentikan., ekskresi natrium lewat ginjal menurun sampai 5 mmol/hari atau kurang. Jika asupan natrium melalui makanan mendadak tinggi, ekskresi natrium segera meninggi dan dalam beberapa hari mencapai sama dengan asupannya. Jadi, pada orang normal, kandungan natrium tubuh tetap konstan walaupun ada variasi yang besar dalam asupan natrium; dalam kisaran 0 sampai 400 mmol/hari, kandungan natrium total dalam tubuh bervariasi sekitar 10%.
À      Ekskresi natrium lewat ginjal
Hal ini diatur oleh pengaruh aneka macam mekanisme. Beban atau kekurangan natrium cenderung menyebabkan perubahan pada volume darah. Reseptor yang ada di atria, arteri besar, dan di aparatus juxtaglomerularis  di ginjal berespons terhadap perubahan tekaknan local yang member tanda pada hubungan volume/kapasitas sirkulasi sentrat (volume darah efektif). Jika volume darah efektif menurun, dipacu untuk menjadi retensi natrium, sedang jika ada ekspansi maka akan memacu aneka macam factor yang memicu natriuresis. Dengan penurunan volume (garam), aliran darah ginjal menurun, akibat penurunan curah jantung dan peningkatan aktifitas simpatetik ginjal, yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh arteriola aferen.
            Sistem rennin-angiotensin diaktivasi oleh stimuli autonomic dan oleh penurunan tekanan di aparatus juxtaglomerularis. Angiotensin II lebih menyebabkan vasokonstriksi arteriola eferen dan menyebabkan kontraksi sel mesangium glomerulus. Filtrasi glomeruler cenderung menurun Karena penurunan aliran darah ginjal, penurunan tekanan kapiler glomerulus akibat kontraksi arteriola aferen, dan penurunan daerah filtrasi kapiler yang disebabkan oleh kontraksi mesangium. Pada keadaan penurunan volume yang sedang dan parah factor-faktor ini melampaui efek konstriksi arteriola eferen akibat angiotensin yang cenderung mempertahankan filtrasi glomeruler dengan meningkatkan tekanan filtrasi kapiler. Penurunan filtrasi glomeruler menurunkan filtrasi natrium. Reabsorbsi natrium melalui tubulus meningkat. Reabsorbsi proksimal dipacu oleh perubahan kekuatan Starling di sirkulasi peritubuler. Tekanan higraulik di kapiler peritubuler menurun akibat konstriksi arteriola. Tekanan onkotik meninggi oleh konsentrasi protein plasma dan peningkatan tekanan fraksi filtrasi (filtrasi glomeruler cenderung menurun kurang dari aliran darah ginjal). Perubahan-perubahan pada tekanan hidraulik, onkotik, dan kekuatan Starling memacu reabsorbsi proksimal air dan natrium. Reabsorbsi proksimal juga dipacu oleh angiotensin II dan oleh serabut saraf simpatetik yang menginervasi segmen proksimal secara langsung. Reabsorbsi tubuler bagian distal ditingkatkan oleh aldosteron, yang disekresi pada tingkat yang meninggi akibat pacuan angiostensin terhadap kelenjar adrenal.

À      Distribusi Natrium
Hampir semua, kecuali 2 sampai 5 % natrium berada di cairan ekstraselular (kira-kira 40% natrium berada di tulang, tetapi fraksi ini tidak ikut berperan dalam proses fisiologik, karena itu tidak dibahas lebih lanjut). Komposisi elektrolit dalam plasma dan cairan inenstisial sedikit berbeda karena adanya efek Gibbs-Donnan dari anion protein plasma, yang meningkatkan konsentrasi kation dan menurunkan konsentrasi anion dengan beberapa persen relatif terhadap cairan interstisial. Untuk kepentingan praktis, komposisi dalam plasma dapat dianggap mewakili seluruh kompartemen ekstraseluler. Volume ekstraseluler total kira-kira 20% berat badan. Dari ini, 5% mewakili volume plasma dan 15% cairan interstisial. Jadi, pada orang dengan berat badan 70 kg dengan konsentrasi natrium plasma 140 mmol/L, maka natrium ekstraseluler kira-kira sama dengan 2000 mmol. Volume cairan intraseluler kira-kira 2 kali cairan ekstraseluler, jadi kira-kira sama dengan 40% dari berat badan.
Akan tetapi, karena konsentrasi natrium intraseluler kurang dari 5 mmol/L, maka kadar natrium intraseluler total kira-kira 100 sampai 150 mmol. Distribusi natrium yang berbeda yang dibatasi sel membrane dipertahankan dengan penggunaan energy yang berasal dari metabolism sel, yang diperlukan untuk selalu memompa natrium keluar sel menentang perbedaan elektrokimianya. Semua elektrolit untama terdapat pada keadaan distribusi yang asimetris yang dibatasi oleh sel membran. Elektrolit utama dari cairan ekstraseluler adalah natrium, klorida dan bikarbonat. Elektrolit-elektrolit utama dari cairan intraseluler adalah kalium, magnesium, kalsium dan anion organic, termasuk protein.
            Karena garam natrium berperan dalam lebih dari 90% osmolalitas total cairan ekstraseluler, variasi dalam konsentrasi natrium plasma hampir selalu menggambarakan perubahan yang sama dalam osmolalitas plasma. Perkecualian akibat akumulasi zat terlarut (solute) lainnya dalam plasma. Walaupun komposisi elektrolit cairan ekstraseluler dan intraseluler berbeda nyata, mereka selalu berada dalam keseimbangan osmotik, karena air dapat bergerak dengan cepat mellalui membrane sel untuk menghilangkan perbedaan osmotik. Karena itu, walaupun natrium lebih banyak di cairan ekstraseluler, natrium dalam plasma merupakan indeks tidak hanya proporsi relative air dan natrium di dalam kompartemen tersebut, tetapi juga dalam kaitannya dengan zat terlarut dalam tubuh total dan air tubuh seluruhnya. Salah satu contoh adalah pergeseran natrium cairan ekstraseluler ke intraseluler tanpa adanya perubahan zat terlarut total. Pergeseran natrium ke dalam sel tidak akan menyebabkan hiponatremia, karena air akan berpindah ke dalam sel dengan natrium. Di pihak lain, penurunan primer konsentrasi zat terlarut yang aktif secara osmotik akan menurunkan zat terlarut tubuh secara keseluruhan, walaupun tidak ada perubahan dalam natrium atau air tubuh total, hiponatremia akan timbul karena adanya perpindahan air intraseluler ke kompartemen ekstraseluler.

C.  Fungsi Natrium
1.      Menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh (ekstrasel). Na yang mengatur tekanan osmosis yang menjaga cairan tidak keluar dari darah dan masuk kedalam sel. Bila jumlah Na di dalam sel meningkat secara berlebihan, air akan masuk ke dalam sel, akibatnya sel akan membengkak. Inilah yang menyebabkan terjadinya pembengkakan dalam jaringan tubuh. Keseimbangan cairan juga akan terganggu bila seseorang kehilangan natrium. Air akan memasuki sel untuk mengencerkan Na dalam sel. Cairan ekstraselular akan menurun. Perubahan ini dapat menurunkan tekanan darah.
2.      Menjaga keseimbangan asam basa di dalam tubuh.
3.      Melalui asosiasinya dengan klorida (CL) dan bikarbonat. Na terlibat dalam pengaturan keseimbangan asam-basa, sehingga cairan tubuh berada pada kisaran Ph netral untuk mendukung metabolisme tubuh.
4.      Berperan dalam pengaturan kepekaan otot dan saraf. Berperan dalam transmisi saraf yang menghasilkan terjadinya kontaksi otot.
5.      Berperan sebagai alat angkut zat-zat gizi lain melalui membran, terutama melalui dinding usus.
6.      Unsur natrium sangat penting untuk penyerapan glukosa didalam ginjal dan usus, serta untuk pengangkutan zat – zat gizi lain melewati membran sel. 
7.      Salah satu perannya yang paling esensial adalah untuk menjaga keseimbangan osmotik atau keseimbangan osmotik atau keseimbangan aliran cairan di dalam tubuh.
8.      Bersama-sama dengan kalium, natrium juga mempunyai peran untuk menjaga fungsi dan kerja otot jantung, serta mencegah penyakit-penyakit berbahaya seperti ganbgguan saraf, bagi ibu hamil, natrium berperan meningkatkan kerja jantung, memompa darah agar dapat memenuhi kebutuhan sang ibu dan janin.

D.     Sumber Makanan yang Mengandung Natrium
Sodium atau natrium ini bukan cuma terdapat pada garam tapi juga makanan-makanan olahan lain, termasuk juga saus sambal dan kecap. Berikut adalah jumlah natrium yang terdapat dalam makanan sehari-hari.
1.      Sebungkus keripik kentang 270 mg
2.      Kentang goreng ukuran besar 350 mg
3.      Seporsi mi ayam 558 mg
4.      Satu potong sosis 750 mg
5.      Dada ayam goreng tepung 1080 mg
6.      Seporsi mi bakso 1518 mg
7.      Mi instan antara 1100 mg – 2400 mg
8.      Beef burger 551 mg
9.      sepotong ikan asin 757 mg
10.  seporsi sop buntut 979 mg
11.  1 sdm saus tomat 167 mg
12.  sepotong ampela goreng 490 mg
13.  sepotong donat 269 mg
14.  1 sdm saus sambal 255 mg
15.  1 sdm kecap manis 698 mg
16.  1 sdm kecap asin 914 mg


No
Nama Bahan Makanan
Kadar Natrium (mg)
1
Garam
                        38.758
2
Builon blok
5.000
3
Kecap
4.000
4
Saus Tomat
2.100
5
Keju
1.250
6
Ham/Daging kornet
1.250
7
Sosis
1.000
8
Mentega/Margarin
987
9
Kraker Asin
710
10
Roti Bakar
700

E.  Perkiraan Kebutuhan Natrium
Garam dapur sebagai salah satu sumber utama natrium, selalu ada pada makanan yang kita santap. Tubuh memang butuh natrium, tetapi bila berlebihan akan menjadi salah satu penyebab hipertensi.
Natrium atau sodium merupakan salah satu mineral penting bagi tubuh. Kadar natrium di dalam tubuh sekitar 2 persen dari total mineral. Tubuh orang dewasa sehat mengandung 256 gram senyawa natrium klorida (NaCl) yang setara dengan 100 gram unsur natrium. Kadar natrium normal pada serum 310-340 mg/dL.  
Kebutuhan tubuh akan natrium telah banyak diteliti oleh ilmuwan  yang bergerak di bidang gizi dan kesehatan. Kita memerlukan minimum 200-500 miligram natrium setiap hari untuk menjaga kadar garam dalam darah tetap normal, yaitu 0,9 persen dari volume darah di dalam tubuh.
Sedang National Research Council of The National Academy of Sciences merekomendasikan konsumsi natrium per hari sebanyak 1.100-3.300 mg. Jumlah tersebut setara dengan ½-1½ sendok teh garam dapur per hari. Untuk orang yang menderita hipertensi, konsumsi natrium dianjurkan tidak lebih dari 2.300 mg perhari. Jumlah tersebut sama dengan 6 gram NaCl atau lebih kurang satu sendok teh garam dapur.
Berikut ini ada beberapa cara mudah untuk mengurangi natrium dalam makanan :
1.      Makanlah lebih banyak makanan segar daripada makanan yang sudah diproses. Makanan segar mengandung lebih sedikit natrium dibanding makanan yang sudah diproses.
2.      Pilihlah produk rendah natrium. Makanan yang sudah diproses biasanya mengandung natrium tinggi, seperti, sup, kaldu, sayuran dalam kaleng, dan saus. Namun, makanan-makanan proses ini ada yang diproduksi dengan rendah natrium.
3.      Bacalah label. Bacalah label makanan sebelum membeli atau memakannya. Pada label tercantum jumlah natrium yang terkandung dalam makanan tersebut.
4.      Jangan menambahkan garam ke makanan. Jika makanan terasa hambar, tambahkan bumbu lain, seperti jeruk lemon, lada, atau bumbu-bumbu lain.
5.      Batasi pemakaian saus. Saus selada, saus tomat, mustard, dan lainnya itu mengandung natrium. Demikian juga acar dan buah zaitun.
6.      Bilaslah makanan dalam kaleng. Dengan membilas sayuran dan daging dalam kaleng akan mengurangi natrium kira-kira sampai sepertiganya.

Sebelum mencoba pengganti garam, tanyakan kepada dokter terlebih dahulu. Soalnya beberapa pengganti garam atau garam lite juga mengandung campuran natrium klorida (NaCl/garam) serta campuran lain. Karena untuk mendapatkan rasa asin yang sama, Anda akan meningkatkan penggunaan garam pengganti lebih banyak lagi sehingga akhirnya usaha mengurangi natrium menjadi sia-sia saja.
Di Jepang, konsumsi garam dapur sangat luar biasa, yaitu sekitar 25-35 gram/hari. Padahal, menurut ahli gizi, orang dewasa idealnya makan garam 6 gram sehari dan anak – anak hanya 3 gram per hari. Tingginya konsumsi garam di Jepang karena sebagian besar makanan berasal dari hewan laut, yang menyebabkan 84 % pria dewasa di jepang dipastikan menderita hipertensi. Di Indonesia seiring dengan meningkatnya dominasi pola makan ala barat, hipertensi kian menjadi masalah.
Ketentuan Klaim Tentang Natrium Di Dalam Bahan Pangan
Klaim
Persyaratan
Bebas natrium (Sodium Free)
Kadar na kurang dari 5 mg per saji
Sangat rendah natrium (very low sodium)
Kadar Na 35 mg atau kurang per saji
Rendah Natrium (Low Sodium)
Kadar Na 140 mg atau kurang per saji
Kurang natrium (reduced or less sodium)
Sedikitnya mengandung 25 persen lebih rendah dari jumlah Na yang biasa terdapat dalam produk pangan
Sedikit mengandung natrium (light in sodium)
Sedikitnya mengandung 50 % lebih rendah dari jumlah Na yang biasa terdapat dalam produk pangan
Bebas garam (salt free)
Kadar Na kurang dari 5 mg per saji
Makanan rendah Natrium (Low Sodium Meal)
Kadar Na 140 mg atau kurang per 100 gr
Tidak digarami (Unsalted or no added)
Selama pengolahan tidak ditambahkan garam, tetapi tidak berarti bebas Na karena masih mengundang Na yang secara alami terdapat dalam bahan panga
           






DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, M.M.M., I.M.T. Fadlalla, and M.E.S. Barri. 2002. Tropical Animal. Health and Prod. 34(1): 75−80.
Baker, D.H., J. Odle, M.A. Frank, and T.M. Wieland. 1991. Bioavailability of copper incupri oxide and in a copper-lysine complex. Poult. Sci. 70: 177−178.
Beard, J.L., H. Dawson, and D.J. Pinero. 1996. Iron metabolism: a comprehensive review. Nutr. Rev. 54(10): 295−317.
Ewing, G.W. 1990. Analytical Instrumentation Handbook, 1st Edition, Marcel Dekker Inc., New York.
Fraker, P.J., M.E. Gershwin, R.A. Good, and P. Ananda. 1986. Interrelationships between zinc and immune function. Fed. Proc. 45: 1.474.
Graham, T.W. 1991. Trace element deficiencies in cattle. Vet. Clin. N. Am.: Food Anim. Pract. 7: 153−215.





1 komentar:

  1. Happyluke.com and our community - Thtobet.com
    Join the fun at LuckyLucke.com, the home fun88 soikeotot of free sports betting tips, happyluke covering Football, Horse betway Racing, Accumulators and all other sports.

    BalasHapus