BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Studi atas Al-Quran telah banyak dilakukan oleh para ulama dan
sarjana tempo dulu, termasuk para sahabat di zaman Rasulullah saw. Hal itu
tidak lepas dari disiplin dan keahlian yang dimiliki oleh mereka masing-masing.
Ada yang mencoba mengelaborasi dan melakukan eksplorasi lewat perspektif
keimananm historis, bahasa dan sastra, pengkodifikasian, kemu’jizatanm
penafsiran serta telaah kepada huruf-hurufnya.
Kondisi semacam itu bukan hanya merupakan artikulasi tanggung jawab
seorang Muslim untuk memahami bahasa-bahasa agamanya. Tetapi sudah berkembang
kepada nuansa lain yang menitikberatkan kepada studi yang bersifat ilmiah yang
memberikan kontribusi dalam perkembangan pemikiran dalam dunia Islam. Kalangan sarjana
Barat banyak yang melibatkan diri dalam pengkajian Al-Quran, dengan motivasi
dan latar belakang kultural maupun intelektual yang berbeda-beda.
Al-Quran sebagai diketahui terdiri dari 114 surat, yang di awali
dengan beberapa macam pembukaan (fawatih al-suwar) . di antara macam
pembuka surat yang tetap aktual pembahasannya hingga sekarang ini huruf
muqatha’ah. Menurut Watt, huruf-huruf yang terdiri dari huruf-huruf alphabet (hijaiyah)
ini, selain mandiri juga mengadung banyak misterius, karena sampai saat ini
belum ada pendapat yang dapat menjelaskan masalah itu secara memuaskan.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1.
Apa itu Fawatih
Al-suwar ?
2.
Apa-apa saja
macam-macam Fawatih Al-suwar ?
3.
Bagaimana
kedudukan pembuka surat Al-Qur’an ?
4.
Bagaimana
pendapat para ulama tentang huruf hijaiyah pembuka surat ?
5.
Apa
tujuan Fawatih Al-suwar ?
1.3
Tujuan Pembahasan
Agar pembaca dapat mengetahui maksud dari fawatih al-suwar dan
pembagian-pembagiannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Fawatih al-Suwar
Secara etimologis, fawatih al-suwar berarti pembukaan-pembukaan
surat, karena posisinya di awal surat-surat dalam Al-Qur’an . Seluruh surat Al-Qur’an dibuka dengan sepuluh
macam pembukaan dan tidak satu surat pun
keluar dari sepuluh macam pembukaan itu.
Setiap macam pembukaan itu mengandung rahasia tersendiri, sehingga
sangat penting untuk dikaji. Diantara pembukaan itu diawali oleh huruf-huruf
yang terpisah (al-ahruf al-muqatha’ah). Orang sering mengidentikan
fawatih al-suwar dengan huruf muqatha’ah, padahal sebenarnya keduanya berbeda.
Bahkan huruf Muqatha’ah hanya merupakan bagian dari fawatih al-suwar. Di antara
ulama yang mengidentikan keduanya adalah Manna’ Khalil Qaththan dalam kitabnya Mabahits
fi’Ulum al-Qur’an.[1]
Pembahasan-pembahasan yang dilakukan oleh para ulama menunjukkan
bahwa pembuka surat yang berbentuk huruflah yang sering menimbulkan kontroversi
diantara mereka. Sehingga tak heran apabila huruf-huruf tersebut sering
dikategorikan kedalam ayat-ayat mutasyabihat, yang tak seorangpun mengetahui
artinya kecuali Allah SWT atau bahkan disebut sebagai salah satu bentuk rahasia
Tuhan yang terdapat didalam Al-Qur’an.[2]
2.2 Macam-macam fawatih
al-suwar
Beberapa ulama telah melakukan penelitian tentang pembukaan surat
Alquran, diantaranya sebagai yang dilakukan al-Qasthalani. Ia mengiventarisir Fawatih
al-Suwar menjadi sepuluh macam. Sementara Ibn Abi al-Isba dalam kitabnya al-Khaqatir
al-Sawanih fi Asrar Fawatih, hanya menyebutkan lima saja.
a.
Pembukan dengan pujian kepada Allah (al-istiftah bi al-tsana).
Pujian
kepada Allah ada dua macam, yaitu:
1) Menetapkan sifat-sifat terpuji kepada Allah (al-itsbat shifat
al-madhiy) dengan menggunakan salah satu lafal berikut.
a) Memakai lafal hamdalah, yakni dibuka dengan (الحمد لله),
yang terdapat dalam 5 surat.
b) Memakai
lafal (تبارك), yang
terdapat dalam 2 surat.
2) Mensucikan
Allah dari sifat-sifat negatif (tanzih ‘an sifat naqshim) dengan
menggunakan lafal tasbih, (يسبح\سبح\سبح\سبحن) sebagai yang
terdapat dalam 7 surat.
Berdasarkan
uraian di atas, ternyata masing-masing surat tersebut menetapkan sifat-sifat
yang negatif. Surat-sufat yang diawali dengan pujian ini memiliki tasbih itu
merupakan monopoli Allah. Dalam hal ini, tasbih dimulai dengan mashdar dan
selanjutnya diikuti dengan fi’il. Ini semua dimaksudkan agar mencakup
seluruh tasbih, sekaligus menunjukkan betapa ajaibnya Al-Quran itu.
3) Pembukaan
dengan huruf-huruf yang terputus-putus (Istiftah bi al-huruf al-muqatha’ah).
Pembukan dengan huruf-huruf ini terdapat dalam 29 surat
dengan memakai 14 huruf tanpa diulang, yakni (ا\ي\هـ\ن\م\ل\ك\ق\ع\ك\ص\س\ر\ح)[3]
Penggunan
huruf-huruf tersebut dalam pembukaan surat-surat Alquran disusun dalam 14
rangkaian, yang terdiri dari kelompok berikut:
a) Kelompok
sederhana, terdiri dari satu huruf, terdapat dalam 3 surat, yakni (ص) (QS.
Shad); (ق)
(QS. Qaf); dan (ن) (QS. Nun)
b) Kelompok yang terdiri dari dua huruf, tedapat dalam 3 surat,
yakni (حم)
(QS. Al-Mu’min; QS. Al-Sajdah; QS. Al-Zukhruf, QS. Al-Dukhan; QS. Al-Jatsiyah;
dan QS.Al-Ahkaf; (طه) (QS. Thaha); (طس) (QS.
Al-Naml); dan (يس) (QS. Yasin).
c) Kelompok yang terdiri dari tiga huruf, yakni (الم) QS. Al-Bqarah,
QS. Ali Imran, QS. Al-Ankabut, QS. Al-Rum, QS. Luqman dan QS. Al-Sajdah); (الر) (QS.
Yunus, QS. Hud, QS. Ibrahim, QS. Yusuf, dan QS. Al-Hijr, dan (طسم) (QS. Al-Qashash
dan QS. Al-Syu’ara).
d) Kelompok
yang terdiri dari empat huruf, yakni (الر) (QS. Al-Ra’ad) dan (المص) (QS. Al-A’raf).
Kelompok yang terdiri dari lima huruf, yakni rangkaian ((كهيعص (QS. Maryam) dan (حم عسق) (QS. Al-Syuara).
4) Pembukaan dengan panggilan (al-istiftah bi
al-nida).
Nida ini ada tiga macam, yaitu nida’ untuk nabi, nida untuk kaum
mukminin dan nida untuk umat manusia.
5) Pembukaan
dengan kalimat (jumlah) khabariah (al-istiftah bi al-jumal al-khabariayyah).
Jumlah
khabariyyah di dalam pembukaan surat ada dua macam, yaitu:
a)
Jumlah ismiyyah
Jumlah
ismiyyah yang menjadi pembuka surat terdapat 11 surat, yaitu: al-Taubah,
al-Nur, Al-Zumar, Muhammad, Al-Fath, Al-Rahman, Al-Haqqah, Nuh, al-Qadr,
al-Qari’ah, al-Kautsar.
b) Jumlah
fi’liyah
Jumlah fi’liyah yang menjadi pembuka surat-surat Alquran
terdapat dalam 12 surat, yaitu (a) (يسئلونك عن
الانفال) /Mereka bertanya kepadamu tentang pendistribusian harta
rampasan perang (QS. Al-Anfal); (b) (اتي امرالله فلا
تستعجلوه) /Telah pasti datangnya ketetapan Allah itu, maka janganlah
minta disegerakan (QS. Al-Nahl), (c). (اقترب للناس
حسابهم) /Telah dekat datangnya saat itu (QS. Al-Qamar); (d) (قدافلحل
المئمنون) /Sungguh beruntung orang-orang yang beriman (QS.
Al-Mukminun; (e) (اقتربت الساعة) /telah dekat kepada manusia hari
menghisab segala amalam mereka (QS. Al-Anbiya); (f) (قدسمع
الله قول التي تجادلك) /Seseorang telah meminta kedatangan azab yang akan
menimpanya (QS. Al-Ma’arij); (g) (لاقسم بيوم
القيامة) /Aku bersumpah dengan hari kiamat (QS. Al-Qiyamah); (h)
(لااقسم
بهذا البلاد) /Aku bersumpah dengan kota ini, Makkah (QS. Balad); (i)
(عبس
وتولي) /Dia (Muhammad) bermuka Masam dan berpaling (QS.
‘Abasa) (j) (لم يكن الذين كفروا من اهل الكتاب) /Dia
Orang-orang kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa
mereka) tidak akan meninggalkan agamanya (QS. Al-Bayyinah); (k) (الهاكمتكاثر) /Bermegah-megahan
telah melalaikan kamu (QS. Al-Takatsur).
Adapun
hikmah dan rahasia adanya pembukaan surat-surat dengan nida’ yaitu untuk
memberi perhatian dan peringatan, baik bagi Nabi, umatnya, maupun untuk menjadi
pedoman kehidupan ini.
6) Pembukaan
dengan sumpa (al-istiftah bi al-qasam).
Sumpah yang digunakan dalam pembukaan surat Al-quran ada
tiga macam dan terdapat dalam 15 surat.
a) Sumpah
dengan benda-benda angkasa, misalnya (والصفات) (Demi
rombongan yang bersaf-saf) dalam QS. Al-Shaffat; (والنجم) (Demi
bintang) dalam surat al-Najm; (زالمرسلات) (Demi
malaikat-malaikat yang mencabut nyawa) dalam QS. Al-Nai’at; (والسماء
ذات البروج) (Demi lagit yang memiliki gugusan bintang) dalam QS.
Al-Buruj; (والسماء و الطارق) (Demi
langit dan yang datang pada malam harinya) dalam QS al-Thariq; (والفجروليال
عشر) (Demi
fajar dan malam yang sepuluh) dalam QS. Al-Fajr; dan (والشمس
والضحها) (Demi matahari dan cahanyanya di waktu duha) dalam QS.
Al-Syams.
b) Sumpah
dengan benda-benda bawah, misalnya (والذاريات ذروا) (Demi
angin yang menerbangkan debu dengan sekuat-keuatnya) dalam QS.
Al-Dzariyyat; (والطور) (Demi bukit Thur) dalam QS.
Al-Thur; (والتين) (Demi buah Tin) dalam QS.
Al-Thin; (والعاديت) (Demi kuda perang yang berlari
kencang) dalam QS. Al-‘Adiyat.
c) Sumpah
dengan waktu, misalnya (واليل) (Demi malam) dalam QS.
Al-Layl; (والضحي) (Demi waktu duha) dalam QS.
Al-Dhuha; (والعصر) (Demi waktu) dalam QS.
Al-Ashr.
Hikmah dari fawatih al suwar dengan sumpah ini, pertama,
agar manusia meneladani sikap bertanggung jawab; berbicara harus benar dan
jujur dan berani berbicara untuk menegakkan keadilan; kedua, agar dalam
bersumpah manusia harus senantiasa memakai nama-nama Allah bukan selain-Nya; ketiga,
digunakannya beberapa benda sebagai sumpah Allah dimaksudkan agar
benda-benda itu diperhatikan manusia dalam rangka mendekatkan diri keapda
Allah, karena pada dasarnya, benda-benda itu ciptaan Allah.
7) Pembukaan
dengan syarat (al-istiftah bi al-syarth).
Syarat yang digunakan dalam pembukaan surat Al-Quran ada dua
macam dan digunakan dalam 7 surat, yakni: (1) (اذالشمس كورت) / Apabila
matahari digulung dalam QS. Al-Takwir; (2) (اذالشماء
انفطرت) /Apabila langit terbelah, dalam QS. Al-Infithar; (3) (اذالشماء
انشقت) /Apabila langit terbelah, dalam QS. Al-Insyiqaq, (4) (اذا
واقعت الواقعة) /Apabila terjadi hari kiamat , dalam QS. Al-Waqi’ah;
(5) (اذاجاءك
المنافقون) /Apabila orang-orang munafik datang kepedamu, dalam QS.
Al-Munafiqun; (6) (اذا زلزلت الارض زلزالها) /Apabila
bumi dogoncangkan dengan goncangan yang dahsyat, dalam QS. Al-Zaljalah; (7)
(اذاجاءنصرالله
والفتح) /Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dalam
QS. Al-Nashr.
8) Pembukaan
dengan kata kerja perintah (al-istiftah bi al-amr)
a) Dengan
(اقرأ) bacalah, yang
hanya terdapat dalam QS. Al-Alaq
b) Dengan
(قل) katakanlah,
yang terdapat dalam QS al-Jin, QS. Al-Kafirun, QS. Al-Falaq dan QS. Al-Nas.
9) Pembukaan
dengan pertanyaan (al-istiftah bi al-istifham)
Bentuk pertanyaan ini ada dua macam yaitu:
a) Pertanyaan,
positif yang pertanyaan dengan menggunakan kalimat positif. Pertanyaan ini
digunakan dalam 4 pendahuluan surat Alquran, yaitu: (هل
اتي علي الانسان حين من الدهر) Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa dalam
QS. Al-Dahr, (عم يتساءلون . عن البإالعجيم) Tentang
apakah mereka saling bertanya tentang berita yang besar, dalam QS al-Naba,
(هل
اتاك حديث الغاشية) Sudah datangkah kepadamu berita tentang hari pembalasan? Dalam
QS. Al-Ghasyiyah, (ارايت الذي يكذب بالدين) Tahukah
kamu orang-orang yang mendustakan agama? Dalam QS. Al-Ma’un.
b) Pertanyaan
negatif, yaitu pertanyaan dengan menggunakan kalimat; negatif, yang hanya
terdapat dalam dua surat, yakni (الم نشرح لك صدرك) Bukankah
kami telah melapangkan dadamu untukmu, dalam QS. Al-Insyirah dan (الم
تركيف فعل ربك بأصحب الفيل) Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah
bertindak terhadap tentara bergajah dalam QS. Al-Fil.
10) Pembukaan
dengan doa (al-istiftah bi al-du’a)
Pembukan dengan doa ini terdapat dalam tiga surat. Yaitu: (ويل
للمطففين) Kecelakaan besar bagi orang-orang yang curang, dalam
QS. Al-Muthaffifin, (ويل لكل همزةلمزة) Kecelakaan
bagi setiap pengumpat lagi pencela dalam QS. Al-Humazah, (تبتيدا
ابي لهب وتب) Binasalah tangan Abu Lahab dan sungguh dia akan binasa
dalam QS. Al-lahab.
11) Pembukaan
dengan alasan (al-istiftah bi al-ta’lil)
Pembukan dengan alasan ini hanya terdapat dalam QS.
Al-Quraisy (لإيلف قريش) Karena kebiasaan orang-orang
Quraisy
2.3 Kedudukan
Pembuka Surat Al-Quran
Menurut As-Suyuti, pembukaan-pembukaan surat (awail Al-suwar)
atau huruf-huruf potongan (Al-huruf Al-Muqatta’ah) ini termasuk
ayat-ayat mutasyabihat. Sebagai ayat-ayat mutasyabihat, para ulama berbeda
pendapat lagi dalam memahami dan menafsirkannya. Dalam hal ini pendapat para
ulama pada pokoknya terbagi dua.
Pertama, ulama yang memahaminya sebagai rahasia yang
hanya diketahui oleh Allah. As-Suyuti memandang pendapat ini sebagai pendapat
yang mukhtar (terpilih). Ibnu Al-Munzir meriwayatkan bahwa ketika Al-Syabi
ditanya tentang pembukaan-pembukaan surat ini berkata;
ان
لكل كتاب صفوة وصفوة هذا الكتاب حرزف التهجي
Artinya:
“Sesungguhnya
bagi setiap kitab ada sari patinya, dan sari pati Kitab (Al-Quran) ini adalah
huruf-huruf ejaannya”.
Abu Bakar juga diriwayatkan pernah berkata:
في
كل كتاب سر وسره في القران اوائل السور
Artinya:
“Pada setiap
kitab ada rahasia, dan rahasianya dalam Al-Quran adalah permulaan-permulaan
suratnya”.
Kedua, pendapat yang memandang huruf-huruf di awal surat-surat ini
sebagai huruf-huruf yang mengandung pengertian yang dapat dipahami oleh
manusia. Karena itu penganut pendapat ini memberikan pengertian dan penafsiran
kepada huruf-huruf tersebut.
Dengan keterangan di atas, jelas bahwa pembukaan-pembukaan
surat ada 29 macam yang terdiri dari tiga belas bentuk. Huruf yang paliang
banyak terdapat dalam pembukaan-pembukaan ini adalah huruf Alif (ا) dan lam (ل), kemudian Mim
(م), dan
seterusnya secara berurutan huruf Ha (ح), Ra (ر), Sin (س) Ta (ط), Sad (ص), Ha (ه), dan Ya’ (ي), ‘Ain (ع) dan Qaf (ق), dan akhirnya
Kaf (ك), dan Nun (ن).
Seluruh huruf yang terdapat dalam pembukaan-pembukaan surat ini
dengan tanpa berulang berjumlah 14 huruf atau separuh dari jumlah keseluruhan
huruf ejaan. Karena itu, para mufassir berkata bahwa pembukaan-pembukaan ini
disebutkan untuk menunjukkan kepada bangsa Arab akan kelemahan mereka. Meskipun
Al-Quran tersusun dari huruf-huruf ejaan yang mereka kenal, sebagiannya datang
dalam AlQuran dalam bentuk satu huruf saja dan lainnya dalam bentuk yang
tersusun dari beberapa huruf, namun mereka tidak mampu membuat kitab yang dapat
menandinginya. Pendapat ini telah dijelaskan secara panjang lebar oleh
Al-Zamakhsari (wafat 538 H) dan Al-Baidhawi (wafat 728 H). pendapat ini
dikuatkan oleh Ibn Taimiyah (wafat 728 H) dan muridnya, Al-Mizzi (wafat 742 H).
Mereka menguraikan tantangan Al-Quran di turunkan dalam bahasa Mereka sendiri.
Akan tetapi, mereka tidak mampu membuat kitab yang menyerupainya. Hal ini
menunjukkan kelemahan mereka di hadapan Al-Quran dan membuat mereka tertarik
untuk mempelajarinya.
Berikut ini dikemukakan beberapa riwayat dan pendala ulama:
- “Dari Ibn Abbas tentang firman Allah: (الم), berkata Ibn Abbas:” Aku Allah lebih mengetahui”, tentang (المص) berkata Ibn Abbas:” Aku Allah akan memperinci”, dan tentang (الر) berkata Ibn Abbas: “Aku Allah melihat”. (Dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim dari jalan Abu Al-Duha).
- “Dari Ibn Abbas, berkata ia: “alif lam ra, ha’mim, dan nun adalah huruf-huruf al-Rahman yang dipisahkan (dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim dari jalan Ikrimah)”.
- “Dari Ibn Abbas tentang Kaf, Ha’, Ya’ Ain, Sad, berkata ia: “Kaf dari Karim (pemurah). Ha dari Hadin (pemberi petunjuk), Ya, dari Hakim (bijaksana), ‘Ain dari ‘Alim (Maha Mengetahui), dan Sad dari Sadiq (yang benar). (Dikeluarkan oleh Al-Hakim dan lainnya dari jalan Sa’id Ibn Jubair)
- “Dari Salim Abd Ibn Abdillah berkata ia: (حم، الم) dan (ن) dan seumpamanya adalah nama Allah yang dipotong-potong”, (Dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim).
- Dari Al-Saddiy, ia berkata: “Pembukaan-pembukaan surat adalah nama dari nama-nama Tuhan Jalla Jalaluh yang dipisah-pisah dalam Al-Quran”. (Dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim).
- “Dari Ibn Abbas, berkata ia: (ص، طسم، الم) dan yang seumpamanya adalah sumpah yang Allah bersumpah dengannya, dan merupakan nama-nama Allah juga”.
(Dikeluarkan oleh Ibn Jarir dan lainya dari jalan Ali Ibn
Abi Talhah).
Ada pendapat mengatakan bahwa huruf-huruf itu adalah nama-nama bagi
Al-Quran, seperti Al-Furqan dan Al-Zikir. Pendapat lain mengatakan bahwa
huruf-huruf tersebut adalah pembuka bagi surat-surat Al-Quran sebagaimana hanya
qasidah sering diawali dengan kata (بل) dan (لا).
Dikatakan juga huruf-huruf ini merupakan peringatan-peringatan (tanbihat)
sebagaimana halnya dalam panggilan (nida). Akan tetapi, di sini tidak
digunakan kata-kata yang biasa digunakan dalam bahasa Arab, seperti (ألا) dan (أما) karena
kata-kata ini termasuk lafal yang sudah biasa dipakai dalam percakapan.
Sedangkan al-Quran adalah kalam yang tidak sama dengan kalam yang biasa
sehingga digunakan alif (ا).
Sebagai peringatan (tanbih) lebih terkesan kepada pendengar.
Yang belum pernah digunakan sama sekali sehingga lebih terkesan kepada
pendengar.
Dalam hubungan ini sebagian ulam memandangnya peringatan (tanbih)
kepada rasul agar dalam waktu-waktu kesibukannya dengan urusan manusia
berpaling kepada Jibril untuk mendengarkan ayat-ayat yang akan disampaikan
kepadanya. Sebagian yang lain memandangnya sebagai peringatan (tanbih)
kepada orang-orang Arab agar mereka tertarik mendengarkannya dan hati mereka
menjadi lunak kepadanya. Tampaknya, pandangan yang pertama kurang tepat karena
Rasul sebagai utusan Allah dan yang terus-menerus merindukan wahyu tidak perlu
diberi peringatan. Sedangkan pandangan yang kedua adalah lebih kuat karena
orang-orang Arab yang selalu bertingkah, keras hati dan enggan mendengarkan
ketenaran perlu diberi peringatan (tanbih) agar perhatian mereka tertuju
kepada ayat-ayat yang disampaikan.
Di katakana juga bahwa Thaha (طه) dan Yasin (يس) berarti hai
laki-laki atau hai Muhammad atau hai manusia. Pendapat lain memandang kedua
Thaha (طه) dan Yasin (يس) sebagai nama
bagi Nabi Saw.[4]
2.4 Pendapat
Para Ulama Tentang Huruf Hijaiyah Pembuka Surat
Para ulama yang membicarakan masalah ini ada yang berani
menafsirkannya, di mana huruf-huruf itu merupaka rahasia yang hanya Allah
sendiri yang mengetahui-Nya.
1.
Az-Zamarksyari
berkata dalam tafsirnya “Al-Qasysyaf” huruf-huruf ini ada beberapa pendapat
yaitu:
- Merupakan nama surat
- Sumpah Allah
- Supaya menarik perhatian orang yang mendengarkannya.
- As-Sayuti menukilkan pendapat Ibnu Abbas tentang huruf tersebut dikatakan pendapat hanyalah dugaan belaka. Kemudian As-Suyuti menerangkan bahwa hal itu merupakan rahasia yang hanya Allah sendiri yang mengetahuinya.
- al-Quwaibi mengatakan bahwasanya kalimat itu merupakan tanbih bagi Nabi, mungkin pada suatu saat Nabi dalam keadaan sibuk, maka Allah menyuruh Jibril untuk memberikan perhatian terhadap apa yang disampaikan kepadanya.
- As-Sayid Rasyid Ridha tidak membenarkan Al-Quwaibi di atas, karena Nabi senantiasa dalam keadaan sadar dan senantiasa menanti kedatangan wahyu.
Rasyid Ridha berpendapat sesuai dengan Ar-Razi, bahwa tanbih
ini sebenarnya dihadapkan kepada orang-orang Musyrik Mekkah dan Ahli Kitab
Madinah. Karena orang-orang kafir apabila Nabi membacakan Al-Quran mereka satu
sama lain menganjurkan untuk tidak mendengarkannya.
Disebut dalam surat Fusilat ayat 26:
Artinya:
“Dan
orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh
akan Al Quran Ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat
mengalahkan mereka".
(QS. Fusyilat: 26)
- Ulama salaf berpendapat bahwa “Fawatih Suwar” telah disusun semenjak zaman azali sedemikian rupa supaya melengkapi segala yang melemahkan manusia dari mendatangkannya seperti Al-Quran.
Oleh karena i'tiqad bahwa huruf-huruf ini telah sedemikian
dari azalinya, maka banyaklah orang yang tidak berani mentafsirkannya dan tidak
berani mengeluarkan pendapat yang tegas terhadap huruf-huruf itu. Huruf-huruf
itu dipandang masuk golongan mutasyabihat yang hanya Allah sendiri yang
mengetahui tafsirnya.
Huruf-huruf itu, sebagai yang pernah ditegaskan oleh
Asy-Syabi, ialah rahasia dari pada Al-Quran ini.
Ali bin Abi Thalib pernah berkata:
“Sesungguhnya bagi tiap-tiap Kitab ada saripatinya.
Saripati Al-Quran ini ialah, huruf-huruf Hijaiyah”.
Abu baker As-Shiddieqi pernah berkata:
“Di tiap-tiap kitab ada rahasianya. Rahasianya dalam
Al-Quran ialah permulaan-permulaan surat”.
Dalam hal ini Prof. Hasbi As-Shiddieqi menegaskan bahwa
dibolehkannya mentakwilkan huruf-huruf tersebut asal tidak menyalahi penetapan
Al-Quran dan As-Sunnah. Dalam pada itu yang lebih baik kita serahkan saja
kepada Allah.[5]
2.5
Tujuan Fawatih al-Suwar
Menurut Ibnu Abi al-Asba seperti dikutip Ahmad bin Mustafa, bahwa
pembuka-pembuka surat itu untuk menyempurnakan dan memperindah bentuk-bentuk
penyampaian, dangan sarana pujian atau melalui huruf-huruf. Selain itu ia
dipandang merangkum segala materi yang akan disampaikan lewat kata-kata awal.
Dalam hal ini surat Al-fatihah dapat digunakan sebagai ilustrasi dari suatu
pembuka yang merangkum keseluruhan pesan ayat dan surat yang terdapat dalam
Al-Qur’an.
Lebih khusus tentang fawatih al-suwar berupa huruf muqatha’ah,
menurut al-Hubbi, merupakan peringatan Nabi SAW. Dikatakan bahwa Allah
mengetahui bagian-bagian waktu Nabi sebagai seorang manusia kadang sibuk. As-Syafi’i
berpendapat bahwa huruf awal surat merupakan rahasia Al-Qur’an.
Imam Fakhrurazi seperti dikutip oleh Aisyah Abdurrahman bin
As-Syati lebih memperhatikan kepada hikmah pembukaan surat yang diikuti
al-kitab, al-Tanzil atau Al-Qur’an.Ia menyatakan : “hikmah dari itu semua,
bahwa al-Qur’an yang agung itu diturunkan secara berat (tsaqil) dan setiap
surat yang diawalnya menerangkan tentang Al-Qur’an. Tsaqilnya Al-Qur’an
bukanlah bukanlah ditunjukkan dan dikhususkan oleh pembukaan surat melalui
huruf-huruf itu, karena ada pula ayat-ayat yang berbicara tentang Al-Qur’an
pada ayat-ayat awalnya, tidak dibuka oleh huruf-huruf itu, seperti surat
Al-kahfi, Al-furqan, al-Qalam dan al-Zumar.[6]
Tidak disangsikan bahwa semua interpretasi yang ada tentang hal
diatas mempertegas sensitivitas ulama kuno bahwa “ambiguitas” makna huruf-huruf
tersebut membentuk salah satu karakteristik teks. Fenomena ini merupakan
fenomena ambiguitas semantic yang dapat dijelaskan dan diungkap oleh bagian
lain teks. Dengan demikian, fenomena tersebut merupakan fenomena ambiguitas
yang memunculkan perbedaan teks secara internal. Perbedaan ini sebenarnya salah
satu mekanisme teks, melalui mekanisme ini teks dapat mewujudkan
keistimewaannya dan berarti dapat mewujudkan kemampuannya untuk berinteraksi
dengan kebudayaan dalam ruang dan waktu.[7]
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari segi bahasa, fawatihus suwar berarti
pembukaan-pembukaan surat, karena posisinya yang mengawali perjalanan teks-teks
pada suatu surat. Apabila dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah, huruf cenderung
‘menyendiri’ dan tidak bergabung membentuk suatu kalimat secara kebahasaan.
Dari segi pembacaannya pun, tidaklah berbeda dari lafazh yang diucapkan pada
huruf hijaiyah.
Ibnu Abi Al Asba’ menulis sebuah kitab yang secara mendalam
membahas tentang bab ini, yaitu kitab Al-Khaqathir Al-Sawanih fi Asrar
Al-Fawatih. Ia mencoba menggambarkan tentang beberapa kategori dari
pembukaan-pembukaan surat yang ada di dalam Al-Quran. Pembagian karakter
pembukaannya adalah sebagai berikut. Pertama, pujian terhadap Allah swt
yang dinisbahkan kepada sifat-sifat kesempurnaan Tuhan. Kedua, yang
menggunakan huruf-huruf hijaiyah; terdapat pada 29 surat. ketiga, dengan
mempergunakan kata seru (ahrufun nida), terdapat dalam sepuluh surat.
lima seruan ditujukan kepada Rasul secara khusus. Dan lima yang lain ditujukan
kepada umat. Keempat, kalimat berita (jumlah khabariyah); terdapat dalam
23 surat. kelima, dalam bentuk sumpah (Al-Aqsam); terdapat dalam
15 surat
3.2 Saran
Dari tugas makalah tersebut, banyak hal yang dapat kita pelajari.
Seperti halnya yang sudah kami harapkan dan sampaikan pada kata pengantar tugas
makalah ini, yaitu semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat menambah
wawasan kita dan pemahaman kita mengenai fawatih al-suwar dan demikian makalah yang dapat kami buat.
Apabila ada kata-kata yang kurang berkenan
di hati atau belum sesuai dengan apa yang Anda harapkan, kami mohon
maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun kami agar
dalam tugas-tugas selanjutnya, kami dapat menyelesaikannya dengan lebih baik
lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Jamarudin, Ade dkk. 2011. Epistimologi
Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Bandung : Hakim Publishing
Al-Hasni, Mahmud bin Alawi al-Maliki. 1998. Mutiara Ilmu-ilmu Al-Quran. Bandung:
Pustaka Setia.
Chirzin, Muhammad. 1998. Al-Quran dan Ulumul Qur’an. Yogyakarta:
PT Dana Bhakti Prima Yasa.
Rofi’i, Ahmad & Ahmad Syadali. 1997. Ulumul Quran I. Bandung:
Pustaka Setia.
Supiana, & M. Karman.2002. Ulum Quran. Bandung:
Pustaka Islamika.
[2]
Chirzin, Op. cit, hlm. 62-63
[3]
Supiana, Op. cit, hlm. 172-173
[4]
Drs. H. Ahmad Rofi’i. H. Ahmad Syadali, M.A. Ulumul Quran
I, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 186-189.
[5]
Drs. Mahmud bin Alawi al-Maliki al-Hasni, Mutiara
Ilmu-ilmu Al-Quran, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 299.
[6] Chirzin, hlm. 63-66
[7] Abu Zaid, hlm. 241
Tidak ada komentar:
Posting Komentar